HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA SE-KOTA KENDARI
O L E H
NASRAWATY
A1A1 11 029
PROGRAM STUDI EKONOMI KOPERASI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kehadirat Allah SWT., atas hidayahNya sehingga tulisan ini terselesaikan. Sesuai dengan keberadaan penulis maka apa yang tertuang dalam tulisan ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang penulis lakukan. Dengan demikian penulis sadari masih terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri dan memohon semoga budi baik yang telah diberikan mendapat pahala disisiNya dan semoga tulisan ini bermanfaat adanya. Amin.
Kendari, Juni 2012
Wassalam
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II. PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Manajemen
2. Keterampilan Manajemen
3. Pengertian Kepala Sekolah
4. Pengertian Motivasi
5. Motivasi Kerja Guru
B. Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala Sekolah sebagai pemegang komando di lembaga sekolah. Kepala sekolah harus menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara langsung kepala sekolah berhubungan erat terhadap kelangsungan belajar mengajar. Dalam prosesnya kepala sekolah harus dekat dengan guru-guru dan kepada siswa.
Penguasaan bidang manajemen adalah salah satu kunci sukses dalam mengemban suatu jabatan pemimpin. Manajemen tidak hanya dijumpai di perusahaan, atau instansi tertentu, melainkan di lembaga sekolah, manajemen juga sangat besar peranannya, terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar.
Penguasaan bidang manajemen adalah salah satu kunci sukses dalam mengemban suatu jabatan pemimpin. Manajemen tidak hanya dijumpai di perusahaan, atau instansi tertentu, melainkan di lembaga sekolah, manajemen juga sangat besar peranannya, terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar.
Salah satu peranan manajemen yang sangat penting adalah untuk menyusun program belajar mengajar dan menempatkan tugas masing-masing guru. Guru sebagai pelaksana pendidik, untuk itu kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka sedikit banyaknya Kepala Sekolah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
Pelaksanaan pendidikan di sekolah, baik negeri maupun swasta, masih banyak Kepala Sekolah yang belum dapat melaksanakan manajemen dengan baik dan optimal. Kehadiran mereka di sekolah tidak jauh berbeda dengan kehadiran guru-guru lainnya, yaitu untuk mengajar dan mengisi daftar hadir. Padahal selain Kepala Sekolah masih banyak tugas lain, seperti menata program pendidikan, baik yang menyangkut dengan administrasi, supervise maupun keperluan yang lainnya.
Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab, didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan Kepala Sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.
Manajemen di sekolah dengan manajemen di perusahaan tidak jauh berbeda, karena prinsipnya adalah untuk memimpin dan mengarahkan staf atau bawahannya agar dapat menjalankan tugas yang berhasil guna dan berdaya guna. Di lembaga sekolah, manajemen yang dilaksanakan harus bersifat sosial dan memperhatikan faktor psikologis, karena yang dihadapi adalah sejumlah individu yang terdiri dari latar belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang sosial, latar belakang ekonomi dan latar belakang agama.
Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab, didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan Kepala Sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.
Manajemen di sekolah dengan manajemen di perusahaan tidak jauh berbeda, karena prinsipnya adalah untuk memimpin dan mengarahkan staf atau bawahannya agar dapat menjalankan tugas yang berhasil guna dan berdaya guna. Di lembaga sekolah, manajemen yang dilaksanakan harus bersifat sosial dan memperhatikan faktor psikologis, karena yang dihadapi adalah sejumlah individu yang terdiri dari latar belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang sosial, latar belakang ekonomi dan latar belakang agama.
Kepala sekolah sebagai pemimpin, maka dia harus berhadapan dengan sejumlah guru dan siswa. Guru yang dihadapi berasal dari berbagai latar belakang pendidikan berbeda. Secara jenjang pendidikan kemungkinan besar guru-guru yang menjadi bawahannya lebih tinggi pendidikannya. Namun pada umumnya tingkat pendidikan mereka sama, dan ada sebagian kecil yang pendidikan gurunya lebih rendah. Perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi suatu ukuran, hanya saja Kepala Sekolah harus mampu mengimbangi kemampuan tersebut terutama dibidang kepemimpinan.
Semua bentuk kegiatan yang dilaksanakan Kepala Sekolah, merupakan kegiatan manajemen. Karena manajemen sebagai salah satu tugas penting bagi setiap pemimpin termasuk pemimpin (Kepala) sekolah.
Semua bentuk kegiatan yang dilaksanakan Kepala Sekolah, merupakan kegiatan manajemen. Karena manajemen sebagai salah satu tugas penting bagi setiap pemimpin termasuk pemimpin (Kepala) sekolah.
Kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan kecakapan (skills) yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pengelolaan terhadap seluruh sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan manajerial kepala sekolah ini erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah, baik sebagai administrator dan supervisor di sekolah yang dipimpinnya.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut dapat mencakup implementasi kegiatan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial, baik perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, maupun pengawasan terhadap seluruh bidang garapan lembaga sekolah yang bersangkutan. Bidang garapan lembaga pendidikan di sekolah meliputi bidang kesiswaan, personalia, keuangan, ketatalaksanaan, kurikulum, hubungan sekolah dan masyarakat, dan unit-unit penunjang lainnya yang
ada di sekolah tersebut seperti unit kantin, poliklinik, asrama siswa, koperasi, dan lain-lain.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah dituntut menguasai sejumlah kecakapan atau kemampuan manajerial. Kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pengelolaan di sekolah dapat mencakup kemampuan konseptual dan kemampuan teknis. Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola institusinya secara keseluruhan, akan turut menentukan motivasi kerja guru dan kinerja guru di sekolah yang bersangkutan.
Kenyataannya, di satu sisi terkadang pimpinan kurang memperhatikan perihal bagaimana cara melakukan model strategi dan upaya pemberian motivasi kepada bawahannya, sehingga memberi akibat pada bawahannyapun kurang serius dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Hal tersebut diatas sesuai dengan kondisi yang dialami sebagian guru SMA Negeri di kota Kendari, akan tetapi penulis hanya mengambil obyek penelitian khusus guru ekonomi dalam hal ini untuk menilai keterampilan manajerial kepala dalam kaitanya dengan motivasi yang diberikan kepala sekolah terhadap guru-guru, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru (ekonomi) pada saat pra penelitian menunjukkan bahwa sebagian guru merasa kurang termotivasi dengan pekerjaan yang mereka lakukan, disebabkan kurangnya keterampilan kepala sekolah dalam mengelola manajemen sekolah, ini dapat di lihat dari sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta dorongan dari Kepala Sekolah terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah. Akibatnya mereka sering melalaikan tugas yang mereka lakukan utamanya dalam hal pembuatan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik unntuk mengungkap lebih jauh hubungan antara manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru ekonomi di SMA Negeri Sekota Kendari melalui suatu penelitian. Adapun yang menjadi judul dalam penelitian ini adalah ’’Hubungan Antara Keterlampilan Manajerial Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ’’Apakah ada hubungan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah ;
1. Manfaat Praktis
a. Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah SMA Negeri se-Kota Kendari dalam usaha memberikan motivasi kerja kepada guru-guru demi untuk meningkatkan kulitas mengajar para guru.
b. Menjadi bahan masukan bagi para guru khususnya bagi guru mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari dalam meningkatkan motivasi kerja masing-masing.
2. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan motivasi kerja guru.
b. Sebagai bahan acuan atau pembanding bagi peneliti lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Secara etimologis demikianlah bagaimana proses penurunan dan pemadanan kata manajemen. Sedangkan definisi manajemen menurut terminologis telah disampaikan oleh beberapa pakar manajemen, diantaranya :
1) Seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain ( the art of getting things done through people ) ( Follet,1997 : 12 ).
2) Sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasaian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya ( Nickels, Mc Hugh,1997 : 231).
3) Seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. ( Erni & Kurniawan,2005 : 324-3325).
4) Menurut (Handoko ; 2000) Manajemen adalah proses merencanakan ( planning ), mengorganisasikan (organizing ), memimpin ( leading ), dan mengendalikan ( controlling ) usah anggota-anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber daya organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Seorang manajer kebanyakan adalah juga sebagai pimpinan suatu organisasi atau perusahaan tapi tidak semua pimpinan adalah seorang manajer ( memiliki kemampuan manajerial ).
Pertama, hakikat tujuan manajemen. Adapun yang menjadi hakikat tujuan manajemen adalah produktivitas, efesiensi, dan efektivitas. Seorang manajer akan senantiasa mengutamakan nilai-nilai ini dalam bekerja. Seluruh kegiatan yang organisasinya harus merupakan kegiatan yang mampu menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Kegiatan diusahakan tidak melahirkan kesia-siaan. Setelah tercapainya nilai produktivitas ini maka kegiatan diusahakan tidak menyita banyak waktu dan kegiatan ini pun harus memberi efek (bernilai dan memberi pengaruh / hasil) terhadap kegiatan.
Kedua, hakikat manusia. Dapat dikatakan bahwa objek material manajemen adalah manusia. Karena itu, manajemen akan selalu berpegang pada hakikat manusia. Dalam kaitannya dengan manajemen maka pada hakikat manusia itu sebagai berikut :
1. Memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidup untuk memenuhi kebutuhan;
2. Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial;
3. Mampu mengarahkan diri ke tujuan yang positif, mampu mengatur, dan mengontrol diri, dan menentukan nasibnya;
4. Manusia pada dasarnya baik (fitrah).
Ketiga, hakikat kerja. Manajerial berkaitan erat dengan pekerjaan. Pekerjaan merupakan objek formal manajemen. Sehingga, manajemen akan senantiasa memperhatikan hakikat kerja dan pekerjaan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Oleh karena itu, setiap pekerjaan harus berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan pekerja. Seorang manajer harus mengerti dan memahami apa yang menjadi kebutuhan hidup para bawahannya bahkan kalau pun mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui pekerjaan yang ia berikan kepada mereka.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka manajemen mempunyai tiga unsur pokok yaitu: (1) adanya tujuan yang ingin dicapai, (2) tujuan dapat dicapai dengan menggunakan kegiatan orang lain, dan (3) kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. Dengan demikian manajemen dapat dipastikan adanya maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari kelompok atau organisasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk mencapainya suatu perencanaan yang baik, pelaksanaan yang konsisten dan pengendalian yang kontinyu, dengan maksud agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Efisien dapat dikatakan suatu kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki. Sedangkan efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai menggunakan sarana ataupun peralatan yang tepat, disertai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Menurut Mondy dan Premeaux (1993:5) bahwa “Manajemen adalah proses penyelesaian pekerjaan melalui usaha-usaha orang lain.” Berdasarkan definisi ini tampak bahwa proses manajemen akan terjadi apabila seorang melibatkan orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan karena fakta menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melakukan sendiri tugas tersebut tanpa bantuan orang lain atau pegawai.
Menurut Hasibuan (2001:1) bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumberdaya-sumberdaya lainnya sebarapa efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi mengenai manajemen di atas kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan seni penyelesaian dalam mencapai suatu tujuan dimana di dalamnya terdapat proses yang meliputi perencanaan ( planning ), pengoranisasian (organizing), mengarahkan (actuating), dan pengendalian (controlling) dengan memberdayakan semaksimal mungkin seluruh sumber daya yang ada. Oleh karena itu, manajemen bisa dikatan pula sebagai sistem yang diterapkan jika ada bentuk kerja sama,ada pimpinan dan ada yang di pimpin, ada manajer dan ada sistem yang dikelola. Secara umum ”manajer’’ dapat dikatakan sebagai seorang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya- sumber daya oragnisasi lainnya. Manajer dapat disebut sebagai perencana, pengorganisasi, pengarah, dan pengontrol (GR. Terry, 1977).
2. Keterampilan Manajerial
Dalam kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shaldily disebutkan bahwa keterampilan sepadan dengan kata kecakapan, dan kepandaian yang disebutkan dengan Skill. Sedangkan, manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak kepustakaan, kata manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management yang berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle yang berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan.
Secara umum menurut (Sergiovann, 1997; 35), kompetensi yang harus dimilki seorang manajer pendidikan adalah sama dengan manajer pada umumnya, hanya saja yang menjadi pokok / objek dan tujuannya adalah bidang pendidikan. Adapun kompetensi keterampilannya adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan konseptual (conceptual skills), berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Yaitu : kemampuan menyusun perencanaan sekolah, kemampuan mengembangkan oraganisasi sekolah sesuai kebutuhan, kemampuan mengelola guru dan staf, dan kemampuan megelola sarana dan prasarana.
2. Keterampilan teknik : berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Yaitu : kemampuan mengelola kepesertadidikan dalam rangka penerimaan peserta didik baru.
3. Keterampilan hubungan antar pribadi : yang berkenaan dengan kemampuan kepala sekolah dalam bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja. Yaitu : kemampuan mengelola hubungan ekolah-masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
Selain kompetensi di atas seorang manajer pendidikan harus di tunjang oleh dua keahlian berikut : 1). Keahlian dalam manajemen global (Global Management Skills). Hal ini diperlukan karena seorang manajer harus mampu melihat perspektif eksternal lembaganya dan mengetahui perspektif global. 2). Keahlian dalam teknologi ( Technological Skills ). Dewasa ini menguasai teknologi adalah kunci bagi siapa saja yang ingin mampu beradaptasi dengan zaman. Kecepatan teknologi informasi menjadikan seseorang mampu mengetahui dengan cepat perkembangan-perkebangan dalam berbagai bidang di belahan dunia manapun. Oleh karena itu seorang manajer harus memiliki kemampuan dalam hal teknologi.
Sebagaimana telah didefinisikan di atas bahwasannya manajemen itu di dalamanya terdapat proses yang meliputi empat hal (perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengarahkan serta pengendalian ) maka langkah-langkah dalam mengelola suatu organisasi / instansi pun tidak akan luput dari keempat proses tersebut menurut para pakar manajemen :
Perencanaan, yaitu proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran (A.F. Stoner, 1996;10 ). Dengan perencanaan berarti para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan sebelum dilaksanakan. Berbagai kegitan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana, atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat (Handoko,1990;9 ).
Pengorganisasian, yaitu proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran (A.F Stoner,1996;11). Dengan kalimat lain pengorganisasian berarti para manajer mengkoordinasikan sember daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi kerja organisasi semakin efektif dan efisien (Handoko,1990;9).
Memimpin yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi (A.F stoner,1996;11). Dalam memimpin atau pengarahan berarti manajer mengarahkan, memimpin, dan mempengaruhi para bawahan atau anggota. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tertapi menyelesaikan tugas-tugas essensial melalui orang lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para anggota melakukan pekerjaan secara paling baik (Handoko,1990;9).
Pengendalian yaitu proses untuk memastiakan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan (A.F Stoner,1996:12). Pengendalian/pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak kearah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi berada pada jalur yang salah, manajer harus membetulkannya (Handoko,1990 ;9).
Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka Manajemen merupakan suatu proses sumberdaya yang ada, mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
Sehingga dapat dilihat bahwa fungsi seorang manajer pendidikan disekolah antara lain :
a. Menggerakkan guru agar bersifat optimis dan mempunyai motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar.
b. Menggerakkan siswa agar mempunyai motivasi yang tinggi mengikuti kegiatan belajar mengajar.
c. Menggerakkan sarana dan prasarana yang ada agar dapat difungsikan secara optimal.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan lancar, sehinga dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.
e. Menumbuhkan suasana kerja sama dan gotong royong di antara semua personil yang melaksanakan kegiatan pendidikan.
f. Mendorong semua personil agar mampu menghidupkan komunikasi yang baik dan teciptanya suasana kekeluargaan yang baik dan tertib.
3. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 28 PP tahun 1990 ” Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pemeliharaan sarana dan prasarana”.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu ’’Kepala” dan ”Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006,:106) mengungkapkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural ( kepala sekolah) di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen penddidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan (wahjosumidjo,2002 : 97).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan keterampilan utama dalam manajerial organisasi, yaitu (1) keterampilan membuat perencanaan, (2) keterampilan mengorganisasi sumberdaya, (3) keterampilan melaksanakan kegiatan, dan (4) keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi keterampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya. (Sumber: Lazismu Edisi: 14 Januari 2009).
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan keprofesionalnya dalam menjalankan dan memimpin segala sumberdaya pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dengan mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan dalam mencapai tujuan bersama.
4. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.( Rukminto,1994 :154).
Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menalaah pengindentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi adalah merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (W.S. Winkel , 1996 : 151).
Jelaslah bahwa motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan, keinginan dan dorongan, sekaligus menjadi penyebab seorang pegawai, berusaha mencapai tujuan tertentu, dan berperilaku memelihara dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatu organisasi.
Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu (Wahusumidjo, 1992 : 177). Motivasi dipengaruhi oleh keadaan seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Menurutnya motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut (Thomas L, 2000 :370). Atau dapat pula disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagi berikut : 1). Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan,(3) adanya harapan dan cita-cita,(4) penghargaan dan penghormatan atas diri,(5) adanya lingkungan yang baik dan (6) adanya kegiatan menarik.
Motivasi dapat dinilai sebagai suatu daya dorong( driving force) yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Sejalan dengan itu Purwanto mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah : (1) sebagai motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan, (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, (3) mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan, dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus di tempuh, (4) menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu (Purwanto,1998:71).
Beberapa pandangan tentang motivasi sebagaimana disebutkan diatas semuanya diarahkan pada munculnya dorongan untuk mencapai tujuan. Jika hal tersebut dikaitkan dengan dorongan setiap personal dalam melakukan kegiatannya maka tujuan yang ingin dicapai tidak dapat dilepaskan dengan konsep apa yang dikehendaki pimpinan. Itulah sebabnya Gibson dan kawan-kawan memberikan pandangannya tentang motivasi, sebagai suatu konsep yang dapat digunakan ketika menggerakkan individu untuk memulai dan berperilaku secara lansung, sesuai dengan apa yang dikehendaki pimpinan (J. L. Gibson, 1989 : 100). Dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah yang ingin menggerakkan gurunya untuk mengerjakan tugasnya, haruslah mampu memotivasi guru tersebut sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Senanda dengan pendapat tersebut, motivasi juga diartikan sebagai keinginan untuk mencurahkan segala tenaga untuk mencapai tujuan yang diingikan. Proses ini dirangsang oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu (James, L.Gibson; 2001 : 1)
Malone membedakan dua bentuk motivasi yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. (J. W, 1987 ; 312). Motivasi instrisik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Misalnya dalam bidang tugas yang di lakukan guru terkait dengan minatnya dalam melakukan tugas sebagai guru. Minat tersebut timbul dari diri seorang guru untuk melakukan tugas karena berhubungan dengan manfaat yang di perolehnya dari tugas yang dilaksanakan (Jhon, W; 2000 : 2).
Pandangan konservatif yang menyatakan bahwa kerja jasmaniah adalah bentuk hukuman sehingga tidak di sukai orang. Oleh karena itu, visi modern melihat kerja sebagai : (1) aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia. Seperti bermain bagi anak-anak, maka kerja selaku aktivitas sosial bisa memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan orang dewasa, (2) kerja memberikan status dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat, (3) pada umumnya, wanita maupun pria menyukai pekerjaan, jadi mereka suka bekerja, (4) moral pekerja dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari pekerjaan, (5) intensif kerja banyak sekali bentuknya, di antaranya ialah uang, dalam kondisi normal merupakan insentif yang paling tidak penting. Sehingga mengacu pada uraian teoritis diatas maka motivasi kerja dapat di definisikan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.
5. Motivasi Kerja Guru
Menurut Nawawi (1993 : 107 ) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri dari dua (2) jenis yaitu :
a. Faktor intrinsik (dari dalam diri) yaitu kondisi yang mendorong seseorang (guru) untuk melaksanakan kegiatan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, misalnya keperibadian, sikap, pengalaman dan pendidikan.
b. Faktor ekstrinsik (dari luar diri) yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang berasal dari luar diri seseorang (guru) tersebut, misalnya pengaruh pemimpin, dan faktor lain yang sangat kompleks.
Menurut Sofyan (1993 : 88) mengemukakan bahwa motivasi kerja guru dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu :1.) Penempatan guru dalam mengajar yaitu dimana seorang guru yang memilki keahlian ditempatkan pada posisi kerja yang sesuai dengan keahlian sebenarnya. 2.) Pemberian Penghargaan adalah suatu jenis baik berbentuk uang maupun barang yang di terima berdasarkan kemampuan, keaktifan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas. 3.) Sistem pengembangan karir adalah keseluruhan proses yang dilakukan dalam rangka meningkatkan karir pegawai meliputi pemberian kenaikan pangkat tepat pada waktunya, promosi jabatan dan hal-hal yang dapat memberikan peluang bagi meningkatnya karir seorang guru. 4.)Pemberian insentif / upah adalah jenis pendapatan di luar gaji yang ditarima manakala ada tambahan mengajar (kelebihan jam kerja). 5.) Kondisi sarana dan prasarana adalah seluruh kondisi fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya baik bersifat fisik maupun non fisik.
Frederich Herberg dalam Sedarmayanti (2001:67) menyatakan : pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan pekerjaanya.Dari hasil penelitiannya menyimpulkan adanya enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi; (2) pengakuan; (3) kemajuan kenaikan pangkat; (4) pekerjaan itu sendiri; (5) kemungkinan untuk tumbuh; (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaa; (2) supervisi teknis; (3) hubungan antar manusia dengan atasan ; (4) hubungan manusia dengan pembinanya; (5) hubungan antar manusia dengan bawahannya; (6) gaji dan upah; (7) kestabilan kerja; (8) kehidupan pribadi; (9) kondisi tempat kerja; (10) status.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah suatu proses pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kerja kepada guru agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi sekolah secara efektif dan optimal.
B. Kerangka Pikir
Penyelenggaraan pendidikan melalui jalur sekolah tidak dapat dilepaskan dari unsur guru, karena guru merupakan pelaksana utama dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Oleh karena itu guru dituntut harus memiliki motivasi kerja dalam menjalankan tugasnya utamanya dalam melakukan proses belajar mengajar. Motivasi kerja guru adalah suatu dorongan mental yang muncul dari dalam dan luar diri guru untuk melaksanakan tugas, yang meliputi: (1) penempatan guru dalam mengajar, (2) pemberian penghargaan,(3) sistem pengembangan karir,(4) pemberian insentif /upah di luar gaji, (5) kondisi sarana dan prasarana.
Motivasi kerja guru merupakan perasaan guru serta penilaiannya mengenai pekerjaannya yang meliputi beban kerja, pengakuan, hubungan dengan pimpinan(kepala sekolah), serta hubungan sosial di antara pekerja (guru).
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, maka dapat di simpulkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan keprofesionalnya dalam menjalankan dan memimpin segala sumberdaya pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dengan mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan dalam mencapai tujuan bersama, sedangkan motivasi kerja guru adalah suatu proses pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kerja kepada guru agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi sekolah secara efektif dan optimal. Maka kita dapat melihat bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari”.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1. Bagi Kepala Sekolah, kiranya dapat meningkatkan keterampilannya dalam mengelolah manajemen sekolah serta menjalin hubungan yang baik dengan guru demi tercapainya tujuan.
2. Bagi guru, agar kiranya dapat meningkatkan motivasi kerja dengan baik dalam mengajar dengan cara mengikuti berbagai pelatihan, maupun dengan mengikuti penataran.
3. Bagi Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari disarankan untuk memberikan pelatihan-pelatihan secara rutin kepada Kepala Sekolah dalam mengelolah manajemen sekolah demi untuk meningkatkan motivasi kerja guru dalam menjalankan tugas mereka masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Erni dan Kurniawan. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen. Bandung ; Bumi Aksara.
Follet, 1997. Management Prentice Hall. New Jersey.
GR. Terry. 1977. Pengantar Manajemen. Jakarta.
Hani Handoko. 1990. Falsafah Manajemen. Yogyakarta ; Bumi Aksara.
Hamzah B, Uno, M.Pd. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo; Bumi Aksara.
Hani Handoko. 1999. Keterampilan Manajemen. Yogyakarta ; Bumi Aksara.
Jhon, W. 2000. Thoery. ( http:/gwis.cire.gwu.edu/-tip/motivate.html 1 of 2).
James, L. Gibson. 2001. My Teacher. (http/my teacher.net/plan/lesson 9.html., 1of1).
John Whitemore. 1997. The Principle Conceps, Competencies and Cases. New York ; lonman Inc.
Jhon, M. Echols dan Hasan Shadily. 1997. Kamus Inggris - Indonesia : An English- Indonesian Dictionary (Jakarta ; PT. Gramedia) hlm. 530.
Kusnandar. 2007. Guru Professional, Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Maman Ukas. 2004. Manajemen. Bandung ; Agini.
Miftah Thoha. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta ; PT. Raja Grafindo
Persada.
Nawawi . 1993. Faktor-faktor Motivasi Guru. Jakarta ; Ghalia Jakarta.
Rahman, dkk. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jatinangor ; Alqaprint.
Sergiovann, 1997. Profesinalisme Dan Manajemen. Bandung ; PT. Raja Grafindo
Persada.
Soekarto, I. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor ; CV. Pustaka Setia.
Sofyan, S, H. 1993. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Jakarta ; Kanisius.
Sudirman, A, M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rajawali.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.
The Liang Gie, Dalam Mahatika, 2006.
W, Jack Ducan. 1981. Organization Behavior. Boston.
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Zainal Arifin Ahmad, Drs. 2007. Presentasi Pengantar Manajemen Pendidikan. Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.