JURNAL

HUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI SE-KOTA KENDARI

OLEH
NASRAWATY
A1A1 11 029

A.    Pendahuluan
            Kepala Sekolah sebagai pemegang komando di lembaga sekolah. Kepala sekolah harus menguasai dan mampu mengambil kebijaksanaan serta keputusan yang bersifat memperlancar dan meningkatkan kualitas pendidikan. Secara langsung kepala sekolah berhubungan erat terhadap kelangsungan belajar mengajar. Dalam prosesnya kepala sekolah harus dekat dengan guru-guru dan kepada siswa.
Penguasaan bidang manajemen adalah salah satu kunci sukses dalam mengemban suatu jabatan pemimpin. Manajemen tidak hanya dijumpai di perusahaan, atau instansi tertentu, melainkan di lembaga sekolah, manajemen juga sangat besar peranannya, terutama untuk menyusun program atau mengambil keputusan yang harus diterapkan dalam kelangsungan proses belajar mengajar.
            Salah satu peranan manajemen yang sangat penting adalah untuk menyusun program belajar mengajar dan menempatkan tugas masing-masing guru. Guru sebagai pelaksana pendidik, untuk itu kepala sekolah harus benar-benar menjalin komunikasi aktif dan setiap saat mengadakan evaluasi terhadap tugas pengajaran yang sudah dilaksanakan guru. Agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka sedikit banyaknya Kepala Sekolah harus mengetahui dan memberikan motivasi.
Pelaksanaan pendidikan di sekolah, baik negeri maupun swasta, masih banyak Kepala Sekolah yang belum dapat melaksanakan manajemen dengan baik dan optimal. Kehadiran mereka di sekolah tidak jauh berbeda dengan kehadiran guru-guru lainnya, yaitu untuk mengajar dan mengisi daftar hadir. Padahal selain Kepala Sekolah masih banyak tugas lain, seperti menata program pendidikan, baik yang menyangkut dengan administrasi, supervise maupun keperluan yang lainnya.
            Hubungan kepala sekolah dengan guru-guru harus baik, tanggung jawab, didasari dengan kejujuran, kesetiaan, keikhlasan dan kerjasama. Apabila diibaratkan dalam satu keluarga, maka hubungan Kepala Sekolah dengan guru-guru lainnya harus berlangsung bagaikan hubungan satu saudara dengan saudara lainnya, dan hubungan Kepala Sekolah dengan siswa harus seperti hubungan ayah dengan anak.
            Manajemen di sekolah dengan manajemen di perusahaan tidak jauh berbeda, karena prinsipnya adalah untuk memimpin dan mengarahkan staf atau bawahannya agar dapat menjalankan tugas yang berhasil guna dan berdaya guna. Di lembaga sekolah, manajemen yang dilaksanakan harus bersifat sosial dan memperhatikan faktor psikologis, karena yang dihadapi adalah sejumlah individu yang terdiri dari latar belakang berbeda, baik ditinjau dari latar belakang sosial, latar belakang ekonomi dan latar belakang agama.
            Kepala sekolah sebagai pemimpin, maka dia harus berhadapan dengan sejumlah guru dan siswa. Guru yang dihadapi berasal dari berbagai latar belakang pendidikan berbeda. Secara jenjang pendidikan kemungkinan besar guru-guru yang menjadi bawahannya lebih tinggi pendidikannya. Namun pada umumnya tingkat pendidikan mereka sama, dan ada sebagian kecil yang pendidikan gurunya lebih rendah. Perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi suatu ukuran, hanya saja Kepala Sekolah harus mampu mengimbangi kemampuan tersebut terutama dibidang kepemimpinan.
            Semua bentuk kegiatan yang dilaksanakan Kepala Sekolah, merupakan kegiatan manajemen. Karena manajemen sebagai salah satu tugas penting bagi setiap pemimpin termasuk pemimpin (Kepala) sekolah.
            Kemampuan manajerial kepala sekolah  merupakan kecakapan (skills) yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pengelolaan terhadap seluruh sumber daya yang ada di sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemampuan manajerial kepala sekolah ini erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawabnya di sekolah, baik sebagai administrator dan supervisor di sekolah yang dipimpinnya.
            Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut dapat mencakup implementasi kegiatan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial, baik perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, maupun pengawasan terhadap seluruh bidang garapan lembaga sekolah  yang bersangkutan. Bidang garapan lembaga pendidikan di sekolah meliputi bidang kesiswaan, personalia, keuangan, ketatalaksanaan, kurikulum, hubungan sekolah dan masyarakat, dan unit-unit penunjang lainnya yang
ada di sekolah tersebut seperti unit kantin, poliklinik, asrama siswa, koperasi, dan lain-lain.
Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah dituntut menguasai sejumlah kecakapan atau kemampuan manajerial. Kemampuan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pengelolaan di sekolah dapat mencakup kemampuan konseptual dan kemampuan teknis. Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dalam mengelola institusinya secara keseluruhan, akan turut menentukan motivasi kerja guru dan kinerja guru di sekolah yang bersangkutan.
Kenyataannya, di satu sisi terkadang pimpinan kurang memperhatikan perihal bagaimana cara melakukan model strategi dan upaya pemberian motivasi kepada bawahannya, sehingga memberi akibat pada bawahannyapun kurang serius dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Hal tersebut diatas sesuai dengan kondisi yang dialami sebagian guru SMA Negeri di kota Kendari, akan tetapi penulis hanya mengambil obyek penelitian khusus guru ekonomi dalam hal ini untuk menilai keterampilan manajerial kepala dalam kaitanya dengan motivasi yang diberikan kepala sekolah terhadap guru-guru, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru (ekonomi) pada saat pra penelitian menunjukkan bahwa sebagian guru merasa kurang termotivasi dengan pekerjaan yang mereka lakukan, disebabkan kurangnya keterampilan kepala sekolah dalam mengelola manajemen sekolah, ini dapat di lihat dari sarana dan prasarana yang kurang memadai, serta dorongan dari Kepala Sekolah terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan sekolah. Akibatnya mereka sering melalaikan tugas yang mereka lakukan utamanya dalam hal pembuatan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik unntuk mengungkap lebih jauh hubungan antara manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru ekonomi di SMA Negeri Sekota Kendari melalui suatu penelitian. Adapun yang menjadi judul dalam penelitian ini adalah ’’Hubungan Antara Keterlampilan Manajerial Kepala Sekolah Dengan Motivasi Kerja Guru  Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari.

a.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ’’Apakah ada hubungan antara keterampilan manajerial  kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari ?
b.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari.

c.       Manfaat Penelitian
            Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah ;
1.      Manfaat Praktis
a.       Menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah khususnya kepala sekolah SMA Negeri se-Kota Kendari dalam usaha memberikan motivasi kerja kepada guru-guru demi untuk meningkatkan kulitas mengajar para guru.
b.      Menjadi bahan masukan bagi para guru khususnya bagi guru mata pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari dalam meningkatkan motivasi kerja masing-masing.
2.      Manfaat Teoritis
a.       Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan peneliti dalam bidang pendidikan khususnya yang berkaitan dengan motivasi kerja guru.
b.      Sebagai bahan acuan atau pembanding bagi peneliti lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

A.    Kajian Pustaka
a.      Deskripsi Teori
1.      Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan. Secara etimologis demikianlah bagaimana proses penurunan dan pemadanan kata manajemen. Sedangkan definisi manajemen menurut terminologis telah disampaikan oleh beberapa pakar manajemen, diantaranya :
1)      Seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain ( the art of getting things done through people ) ( Follet,1997 : 12 ).
2)      Sebuah  proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasaian, pengarahan, dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya ( Nickels, Mc Hugh,1997 : 231).
3)      Seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. ( Erni & Kurniawan,2005 : 324-3325).
4)      Menurut (Handoko ; 2000) Manajemen adalah proses merencanakan        ( planning ), mengorganisasikan (organizing ), memimpin ( leading ), dan mengendalikan ( controlling ) usah anggota-anggota organisasi serta penggunaan seluruh sumber daya organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
            Seorang manajer kebanyakan adalah juga sebagai pimpinan suatu organisasi atau perusahaan tapi tidak semua pimpinan adalah seorang manajer ( memiliki kemampuan manajerial ).
Pertama, hakikat tujuan manajemen. Adapun yang menjadi hakikat tujuan manajemen adalah produktivitas, efesiensi, dan efektivitas. Seorang manajer akan senantiasa mengutamakan nilai-nilai ini dalam bekerja. Seluruh kegiatan yang organisasinya harus merupakan kegiatan yang mampu menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Kegiatan diusahakan tidak melahirkan kesia-siaan. Setelah tercapainya nilai produktivitas ini maka kegiatan diusahakan tidak menyita banyak waktu dan kegiatan ini pun harus memberi efek (bernilai dan memberi pengaruh / hasil) terhadap kegiatan.
Kedua, hakikat manusia. Dapat dikatakan bahwa objek material manajemen adalah manusia. Karena itu, manajemen akan selalu berpegang pada hakikat manusia. Dalam kaitannya dengan manajemen maka pada hakikat manusia itu sebagai berikut :
1.      Memiliki tenaga dalam yang menggerakkan hidup untuk memenuhi kebutuhan;
2.      Terdapat fungsi yang rasional, bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial;
3.      Mampu mengarahkan diri ke tujuan yang positif, mampu mengatur, dan mengontrol diri, dan menentukan nasibnya;
4.      Manusia pada dasarnya baik (fitrah).
Ketiga, hakikat kerja. Manajerial berkaitan erat dengan pekerjaan. Pekerjaan merupakan objek formal manajemen. Sehingga, manajemen akan senantiasa memperhatikan hakikat kerja dan pekerjaan. Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Oleh karena itu, setiap pekerjaan harus berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan pekerja. Seorang manajer harus mengerti dan memahami apa yang menjadi kebutuhan hidup para bawahannya bahkan kalau pun mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui pekerjaan yang ia berikan kepada mereka.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, maka manajemen mempunyai tiga unsur pokok yaitu: (1) adanya tujuan yang ingin dicapai, (2) tujuan dapat dicapai dengan menggunakan kegiatan orang lain, dan (3) kegiatan-kegiatan orang lain itu harus dibimbing dan diawasi. Dengan demikian manajemen dapat dipastikan adanya maksud untuk mencapai tujuan tertentu dari kelompok atau organisasi yang bersangkutan. Sedangkan untuk mencapainya suatu perencanaan yang baik, pelaksanaan yang konsisten dan pengendalian yang kontinyu, dengan maksud agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Efisien dapat dikatakan suatu kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang dimiliki. Sedangkan efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai menggunakan sarana ataupun peralatan yang tepat, disertai dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.
Menurut Mondy dan Premeaux (1993:5) bahwa “Manajemen adalah proses penyelesaian pekerjaan melalui usaha-usaha orang lain.” Berdasarkan definisi ini tampak bahwa proses manajemen akan terjadi apabila seorang melibatkan orang lain untuk menyelesaikan suatu pekerjaan karena fakta menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi, manajer tidak dapat melakukan sendiri tugas tersebut tanpa bantuan orang lain atau pegawai.
Menurut Hasibuan (2001:1) bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumberdaya-sumberdaya lainnya sebarapa efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari beberapa definisi mengenai manajemen di atas kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan seni penyelesaian dalam mencapai suatu tujuan dimana di dalamnya terdapat proses yang meliputi perencanaan ( planning ), pengoranisasian (organizing), mengarahkan (actuating), dan pengendalian (controlling) dengan memberdayakan semaksimal mungkin seluruh sumber daya yang ada. Oleh karena itu, manajemen bisa dikatan pula sebagai sistem yang diterapkan jika ada bentuk kerja sama,ada pimpinan dan ada yang di pimpin, ada manajer dan ada sistem yang dikelola.  Secara umum ”manajer’’ dapat dikatakan sebagai seorang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya- sumber daya oragnisasi lainnya. Manajer dapat disebut sebagai perencana, pengorganisasi, pengarah, dan pengontrol (GR. Terry, 1977).
2.      Keterampilan Manajerial
Dalam kamus Inggris-Indonesia karya Echols dan Shaldily disebutkan bahwa keterampilan sepadan dengan kata kecakapan, dan kepandaian yang disebutkan dengan Skill. Sedangkan, manajerial merupakan kata sifat yang berhubungan dengan kepemimpinan dan pengelolaan. Dalam banyak kepustakaan, kata manajerial sering disebut sebagai asal kata dari management yang berarti melatih kuda atau secara harfiah diartikan sebagai to handle yang berarti mengurus, menangani, atau mengendalikan.
Secara umum menurut (Sergiovann, 1997; 35), kompetensi yang harus dimilki seorang manajer pendidikan adalah sama dengan manajer pada umumnya, hanya saja yang menjadi pokok / objek dan tujuannya adalah bidang pendidikan. Adapun kompetensi keterampilannya adalah sebagai berikut :
1.      Keterampilan konseptual (conceptual skills), berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Yaitu : kemampuan menyusun perencanaan sekolah, kemampuan mengembangkan oraganisasi sekolah sesuai kebutuhan, kemampuan mengelola guru dan staf, dan kemampuan megelola sarana dan prasarana.
2.      Keterampilan teknik : berkenaan dengan pengetahuan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Yaitu : kemampuan mengelola kepesertadidikan dalam rangka penerimaan peserta didik baru.
3.      Keterampilan hubungan antar pribadi : yang berkenaan dengan kemampuan kepala sekolah dalam bekerjasama dengan orang lain dan memotivasi mereka agar bersungguh-sungguh dalam bekerja. Yaitu : kemampuan mengelola hubungan ekolah-masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
Selain kompetensi di atas seorang manajer pendidikan harus di tunjang oleh dua keahlian berikut : 1). Keahlian dalam manajemen global (Global Management Skills). Hal ini diperlukan karena seorang manajer harus mampu melihat perspektif eksternal lembaganya dan mengetahui perspektif global. 2). Keahlian dalam teknologi ( Technological Skills ). Dewasa ini menguasai teknologi adalah kunci bagi siapa saja yang ingin mampu beradaptasi dengan zaman. Kecepatan teknologi informasi menjadikan seseorang mampu mengetahui dengan cepat perkembangan-perkebangan dalam berbagai bidang di belahan dunia manapun. Oleh karena itu seorang manajer harus memiliki kemampuan dalam hal teknologi.
Sebagaimana telah didefinisikan di atas bahwasannya manajemen itu di dalamanya terdapat proses yang meliputi empat hal (perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengarahkan serta pengendalian ) maka langkah-langkah dalam mengelola suatu organisasi / instansi pun tidak akan luput dari keempat proses tersebut menurut para pakar manajemen :
Perencanaan, yaitu proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran (A.F.  Stoner, 1996;10 ). Dengan perencanaan berarti para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan sebelum dilaksanakan. Berbagai kegitan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana, atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat (Handoko,1990;9 ).
Pengorganisasian, yaitu proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau beberapa sasaran (A.F Stoner,1996;11). Dengan kalimat lain pengorganisasian berarti para manajer mengkoordinasikan sember daya manusia dan material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk menyusun berbagai sumber dayanya dalam mencapai tujuan. Semakin terkoordinasi dan terintegrasi kerja organisasi semakin efektif dan efisien (Handoko,1990;9).
Memimpin yaitu proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi (A.F  stoner,1996;11). Dalam memimpin atau pengarahan berarti manajer mengarahkan, memimpin, dan mempengaruhi para bawahan atau anggota. Manajer tidak melakukan semua kegiatan sendiri, tertapi menyelesaikan tugas-tugas essensial melalui orang lain. Mereka juga tidak sekedar memberikan perintah, tetapi menciptakan iklim yang dapat membantu para anggota melakukan pekerjaan secara paling baik (Handoko,1990;9).
            Pengendalian yaitu proses untuk memastiakan bahwa aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan (A.F Stoner,1996:12). Pengendalian/pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak kearah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi berada pada jalur yang salah, manajer harus membetulkannya (Handoko,1990 ;9).
            Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka Manajemen merupakan suatu proses sumberdaya yang ada, mempunyai empat fungsi yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan.
            Sehingga dapat dilihat bahwa fungsi seorang manajer pendidikan disekolah antara lain :
a.       Menggerakkan guru agar bersifat optimis dan mempunyai motivasi tinggi dalam melaksanakan tugas mengajar.
b.       Menggerakkan siswa agar mempunyai motivasi yang tinggi mengikuti   kegiatan belajar mengajar.
c.        Menggerakkan sarana dan prasarana yang ada agar dapat difungsikan secara optimal.
d.       Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan lancar, sehinga dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar.
e.        Menumbuhkan suasana kerja sama dan gotong royong di antara semua  personil yang melaksanakan kegiatan pendidikan.
f.        Mendorong semua personil agar mampu menghidupkan komunikasi yang baik dan teciptanya suasana kekeluargaan yang baik dan tertib.
3.      Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 12 ayat 28 PP tahun 1990 ”  Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pemeliharaan sarana dan prasarana”.
Kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu ’’Kepala” dan ”Sekolah” kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana tempat menerima dan memberi pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006,:106) mengungkapkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural ( kepala sekolah) di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen penddidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan (wahjosumidjo,2002 : 97).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama.
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan keterampilan utama dalam manajerial organisasi, yaitu (1) keterampilan membuat perencanaan, (2) keterampilan mengorganisasi sumberdaya, (3) keterampilan melaksanakan kegiatan, dan (4) keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi keterampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.
            Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya. (Sumber: Lazismu Edisi: 14 Januari 2009).
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan keprofesionalnya dalam menjalankan dan memimpin segala sumberdaya pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dengan mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan dalam mencapai tujuan bersama.
4.      Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.( Rukminto,1994 :154).
Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menalaah pengindentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi adalah merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (W.S. Winkel , 1996 : 151).
Jelaslah bahwa motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan, keinginan dan dorongan, sekaligus menjadi penyebab seorang pegawai, berusaha mencapai tujuan tertentu, dan berperilaku memelihara dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatu organisasi.
Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pernyataan ahli tersebut dapat diartikan bahwa yang dimaksud tujuan adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu (Wahusumidjo, 1992 : 177). Motivasi dipengaruhi oleh keadaan seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Menurutnya motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada kondisi mental orang tersebut (Thomas L, 2000 :370). Atau dapat pula disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagi berikut : 1). Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2) adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan,(3) adanya harapan dan cita-cita,(4) penghargaan dan penghormatan atas diri,(5) adanya lingkungan yang baik dan (6) adanya kegiatan menarik.
Motivasi dapat dinilai sebagai suatu daya dorong( driving force) yang menyebabkan orang dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Sejalan dengan itu Purwanto mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah : (1) sebagai motor penggerak bagi manusia, ibarat bahan bakar pada kendaraan, (2) menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, (3) mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan, dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus di tempuh, (4) menyeleksi perbuatan diri, artinya menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu (Purwanto,1998:71).
Beberapa pandangan tentang motivasi sebagaimana disebutkan diatas semuanya diarahkan pada munculnya dorongan untuk mencapai tujuan. Jika hal tersebut dikaitkan dengan dorongan setiap personal dalam melakukan kegiatannya maka tujuan yang ingin dicapai tidak dapat dilepaskan dengan konsep apa yang dikehendaki pimpinan. Itulah sebabnya Gibson dan kawan-kawan memberikan pandangannya tentang motivasi, sebagai suatu konsep yang dapat digunakan ketika menggerakkan individu untuk memulai dan berperilaku secara lansung, sesuai dengan apa yang dikehendaki pimpinan (J. L. Gibson, 1989 : 100). Dalam kaitannya dengan kepemimpinan kepala sekolah yang ingin menggerakkan gurunya untuk mengerjakan tugasnya, haruslah mampu memotivasi guru tersebut sehingga guru akan memusatkan seluruh tenaga dan perhatiannya untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan. Senanda dengan pendapat tersebut, motivasi juga diartikan sebagai keinginan untuk mencurahkan segala tenaga untuk mencapai tujuan yang diingikan. Proses ini dirangsang oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu (James, L.Gibson; 2001 : 1)
 Malone membedakan dua bentuk motivasi yang meliputi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. (J. W, 1987 ; 312). Motivasi instrisik timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Misalnya dalam bidang tugas yang di lakukan guru terkait dengan minatnya dalam melakukan tugas sebagai guru. Minat tersebut timbul dari diri seorang guru untuk melakukan tugas karena berhubungan dengan manfaat yang di perolehnya dari tugas yang dilaksanakan (Jhon, W; 2000 : 2).
Pandangan konservatif yang menyatakan bahwa kerja jasmaniah adalah bentuk hukuman sehingga tidak di sukai orang. Oleh karena itu, visi modern melihat kerja sebagai : (1) aktivitas dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia. Seperti bermain bagi anak-anak, maka kerja selaku aktivitas sosial bisa memberikan kesenangan dan arti tersendiri bagi kehidupan orang dewasa, (2) kerja memberikan status dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat, (3) pada umumnya, wanita maupun pria menyukai pekerjaan, jadi mereka suka bekerja, (4) moral pekerja dan pegawai tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik atau material dari pekerjaan, (5) intensif kerja banyak sekali bentuknya, di antaranya ialah uang, dalam kondisi normal merupakan insentif yang paling tidak penting. Sehingga mengacu pada uraian teoritis diatas maka motivasi kerja dapat di definisikan bahwa motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kinerja seseorang. Besar atau kecilnya pengaruh motivasi pada kinerja seseorang tergantung pada seberapa banyak intensitas motivasi yang diberikan.
5.      Motivasi Kerja Guru
Menurut Nawawi (1993 : 107 ) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru terdiri dari dua (2) jenis yaitu :
a.       Faktor intrinsik (dari dalam diri) yaitu kondisi yang mendorong seseorang (guru) untuk melaksanakan kegiatan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, misalnya keperibadian, sikap, pengalaman dan pendidikan.
b.      Faktor ekstrinsik (dari luar diri) yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan yang berasal dari luar diri seseorang (guru) tersebut, misalnya pengaruh pemimpin, dan faktor lain yang sangat kompleks.
Menurut Sofyan (1993 : 88) mengemukakan bahwa motivasi kerja guru dapat diukur melalui beberapa indikator yaitu :1.) Penempatan guru dalam mengajar  yaitu dimana seorang guru yang memilki keahlian ditempatkan pada posisi kerja yang sesuai dengan keahlian sebenarnya. 2.) Pemberian Penghargaan adalah suatu jenis baik berbentuk uang maupun barang yang di terima berdasarkan kemampuan, keaktifan, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas. 3.) Sistem pengembangan karir adalah keseluruhan proses yang dilakukan dalam rangka meningkatkan karir pegawai meliputi pemberian kenaikan pangkat tepat pada waktunya, promosi jabatan dan hal-hal yang dapat memberikan peluang bagi meningkatnya karir seorang guru. 4.)Pemberian insentif / upah adalah jenis pendapatan di luar gaji yang ditarima manakala ada tambahan mengajar (kelebihan jam kerja). 5.) Kondisi sarana dan prasarana adalah seluruh kondisi fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya baik bersifat fisik maupun non fisik.
Frederich Herberg dalam Sedarmayanti (2001:67) menyatakan : pada manusia berlaku faktor motivasi dan faktor pemeliharaan dilingkungan pekerjaanya.Dari hasil penelitiannya menyimpulkan adanya enam faktor motivasi yaitu (1) prestasi; (2) pengakuan; (3) kemajuan kenaikan pangkat; (4) pekerjaan itu sendiri; (5) kemungkinan untuk tumbuh; (6) tanggung jawab. Sedangkan untuk pemeliharaan terdapat sepuluh faktor yang perlu diperhatikan, yaitu (1) kebijaksanaa; (2) supervisi teknis; (3) hubungan antar manusia  dengan atasan ; (4) hubungan manusia dengan  pembinanya; (5) hubungan antar manusia dengan bawahannya; (6) gaji dan upah; (7) kestabilan kerja; (8) kehidupan pribadi; (9) kondisi tempat kerja; (10) status.
             Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru adalah suatu proses pemberian inspirasi, semangat, dan dorongan kerja kepada guru agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi sekolah secara efektif dan optimal. 
 c.  Kerangka Pikir
Penyelenggaraan pendidikan melalui jalur sekolah tidak dapat dilepaskan dari unsur guru, karena guru merupakan pelaksana utama dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Oleh karena itu guru dituntut harus memiliki motivasi kerja dalam menjalankan tugasnya utamanya alam melakukan proses belajar mengajar. Motivasi kerja guru adalah suatu dorongan mental yang muncul dari dalam dan luar diri guru untuk melaksanakan tugas, yang meliputi: (1) penempatan guru dalam mengajar, (2) pemberian penghargaan,(3) sistem pengembangan karir,(4) pemberian insentif /upah di luar gaji, (5) kondisi sarana dan prasarana.
Motivasi kerja guru merupakan perasaan guru serta penilaiannya mengenai pekerjaannya yang meliputi beban kerja, pengakuan, hubungan dengan pimpinan(kepala sekolah), serta hubungan sosial di antara pekerja (guru).
d.  Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat hubungan yang positif antara keterampilan  manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri se-Kota Kendari”.

B.     Metode Penelitian

a.    Tempat dan Waktu penelitian
            Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri Se-Kota Kendari sejak  tanggal 12 Mei sampai dengan tanggal 22 Juni tahun 2009.
b.      Variabel dan Desain Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas/independent yakni keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dan satu variabel terikat/dependent yakni motivasi kerja guru ekonomi  (Y).  Kerena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru, maka desain dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut :


 



Keterangan :
X = Keterampilan Manajerial  Kepala Sekolah
Y = Motivasi Kerja Guru Ekonomi
c.       Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran ekonomi  di SMA Negeri se-Kota Kendari yang berjumlah (44) orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak (44) orang dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut telah layak untuk diuji secara inferensial. Adapun penarikan sampel dalam penenlitian ini dilakukan secara sampling jenuh ( sensus) dimana semua anggota populasi dijadikan sampel, sehingga jumlah sampel untuk setiap sekolah dapat di lihat sebagai berikut :
Sekolah
Populasi
(orang)
Sampel
(orang)
SMA Negeri 1
7
7
SMA Negeri 2
5
5
SMA Negeri 3
5
5
SMA Negeri 4
13
13
SMA Negeri 5
4
4
SMA Negeri 6
4
4
SMA Negeri 8
2
2
SMA Negeri 9
4
4
Jumlah
44
44

d.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Angket (kuesioner) yang digunakan untuk memperoleh data penilaian terhadap keterampilan manajerial kepala sekolah dan motivasi kerja guru, yang dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan kepada guru yang telah ditetapkan sebagai sampel.
2.      Dokumentasi, yang digunakan untuk memperoleh data kondisi sekolah, yang dilakukan dengan mengambil data-data yang telah tersedia/ didokumentasikan oleh sekolah atau instansi lain berupa banyaknya jumlah guru pada mata pelajaran Ekonomi pada setiap sekolah.
3.      Wawancara (interview) yang digunakan untuk melengkapi data-data yang belum lengkap / diperoleh melalui angket maupun dokumentasi. Wawacara ini dilakukan secara terbuka baik kepada kepala sekolah maupun dengan dewan guru.

e.       Instrumen Penelitian
1)      Penilaian Keterampilan Manajerial  Kepala sekolah
a.      Defenisi Konsep
Keterampilan manajerial kepala sekolah adalah bagian dari manajemen yang mengandalkan hubungan interpersonal, dan bertujuan menyadap kemampuan manusia terpendam, dimana keterampilan manajerial kepala sekolah merupakan faktor pendukung untuk memotivasi guru melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya, karena kepala sekolah merupakan faktor pendorong yang berasal dari luar diri seorang guru. Penilaian ini diarahkan pada (1) Kemampuan menyusun perencanaan sekolah, (2) Kemampuan mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan, (3) Kemampuan mengelola guru dan staf, (4) Kemampuan mengelola sarana dan prasarana, (5) Kemampuan mengelola kepesertadidikan dalam rangka penerimaan peserta didik baru, (6) Kemampuan mengelola hubungan sekolah-masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
b.      Definisi Operasional
Keterampilan manajerial kepala sekolah yang dimaksud disini adalah total skor yang di peroleh seorang guru setelah menjawab angket penilain tentang keterampilan manajerial kepala sekolah yang diukur melalui skala likert(di modifikasi) 1sampai 5.
c.       Kisi-kisi Instrumen
Variabel
Sub. Variabel
Indikator
No. Item
Jum.
Keterampilan Manajerial Kepsek.





















1.      Keterampilan Konseptual















§  Kemampuan menyusun perencanaan sekolah,
§  Kemampuan mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan,
§  Kemampuan mengelola guru dan staf,
§  Kemampuan mengelola sarana dan prasarana.

1,2



3,4



   5,6,7,8,9


10,11,12



2



2




5


3
2.      Keterampilan teknik





§  Kemampuan mengelola kepesertadidikan dalam rangka penerimaan peserta didik baru.
13,14,15,16,





4










3.      Keterampilan hubungan antar pribadi











§  Kemampuan mengelola hubungan sekolah-masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.



17,18,19,20












4
Jumlah
20


20
2)      Instrumen Motivasi Kerja Guru
a.      Definisi konsep
Motivasi kerja guru adalah suatu proses pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kerja kepada guru agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi sekolah.
b.      Definisi Operasional
Motivasi kerja guru Ekonomi SMA yang dimaksud adalah total skor yang diperoleh guru setelah menjawab angket motivasi kerja dengan indikator : (1) penempatan guru dalam mengajar, (2) pemberian pengahargaan ,(3) Sistem pengembangan karir,(4) pemberian insentif/upah diluar gaji,(5) kondisi sarana prasarana.

c.       Kisi-kisi Instrumen
No.
Indikator
Pernyataan
Jumlah
1.
Penempatan guru dalam mengajar,
1, 2, 3,
3
2.
Pemberian penghargaan,
4, 5, 6, 7
4
3.
Sistem pengembangan karir,
8, 9, 10, 11
4
4.
Pemberian insentif/ upah di luar gaji,
12, 13, 14, 15
4
5.
Kondisi sarana prasarana,
16, 17, 18, 19, 20
4
Jumlah
20
20

f.        Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya akan dianalisis sebagai berikut:
1.      Analisis secara deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui nilai rata-rata       (X),. Median (Me), Modus (Mo) dan standar deviasi untuk masing-masing variabel.
2.      Uji persyaratan, yakni untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data:
a.       Uji normalitas :   X ²hitung  = ∑  
b.      Uji homogenitas : Fhitung = 
3. Analisis inferensial yang dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas ( X ) dengan variabel tidak bebas ( Y ), maka di gunakan :
a.       Analisis regresi linear sederhana dengan rumus :
Ŷ=  a + b X                          
Keterangan :
Ŷ = variabel terikat ( motivasi kerja guru  )
X = variabel bebas ( Keterampilan manajerial kepala sekolah )
a  = nilai konstanta ( Ŷ pada saat X = 0 )
b  = koefisien variabel X
            Sedangkan untuk mengetahui keberartian koefisien regresi digunakan uji – F dengan rumus :
            Fhitung    =  
            Adapun criteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
a)      Jika Fhitung  > Ftabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti ada pengaruh yang signifikan variabel X terhadap variabel Y.
b)      Jika Fhitung > Ftabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti tidak ada berpengaruh secara signifikan variabel X terhadap variabel Y.
            Untuk mengetahui linearitas persamaan regresi, maka digunakan uji linearitas dengan rumus : 
Fhitung  =               
            Adapun criteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
a)      Jika Fhitung  > Ftabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti persamaan regresi yang diperoleh tidak bersifat linear.
b)      Jika Fhitung < Ftabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti persamaan regresi yang diperoleh bersifat linear.
b. Analisis korelasi dengan rumus :
             Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variabel X dengan variabel Y maka digunakan analisis korelasi product moment dengan rumus :
      rxy   =   
Untuk mengetahui keberartian koefisien korelasi, maka digunakan uji – t dengan rumus:
t-hitung
            Adapun criteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
a)      Jika thitung  > ttabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.
b)      Jika Fhitung < Ftabel  pada taraf signifikan 95 % (α = 0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y.

g.       Hipotesis Statistik
            Adapun bentuk hipotesis statistik dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ho : = 0    tidak terdapat hubungan yang positif atau signifikan  antara variabel X dengan Variabel Y
Ha :    terdapat hubungan yang positif atau signifikan antara  variabel X dengan variabel Y.


C.    Hasil dan Pembahasan

a.      Deskripsi Data Hasil Penelitian
            Deskripsi data hasil penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai keadaan tiap-tiap variabel penelitian yakni keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dan motivasi kerja guru ekonomi (Y). Untuk lebih jelasnya keadaan keterampilan manajerial kepala sekolah dan motivasi kerja guru dapat diuraikan sebagai berikut :
            Tabel 1 :  Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Manajerial
 Kepala Sekolah (X)
No.
Kelas Interval
F
f. Kum
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.


63 - 69
70 - 76
77 - 83
84 - 90
91 - 97
98 – 104


4
10
14
10
2
4


4
14
28
38
40
44


9,09
22,72
31,81
22,72
4,54
9,09


Jumlah
44

100

            Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada responden (guru), maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden (guru) yakni sebanyak 24 orang memiliki penilain terhadap keterampilan manajerial kepala sekolah yang sedang. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif data keterampilan manajerial kepala sekolah sebagaimana terdapat dalam lampiran 6, yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh guru terhadap penilaian keterampilan manajerial kepala sekolah adalah sebesar 81,27, sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah sebesar 50, hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh responden lebih tinggi dari nilai rata-rata idealnya. Nilai median (Me) adalah sebesar 79,92 sedangkan nilai modusnya (Mo) adalah sebesar 79,5.
            Nilai maksimum data keterampilan manajerial kepala sekolah adalah sebesar 100, hal ini menunjukkan bahwa nilai maksimum data keterampilan manajerial kepala sekolah yang diperoleh responden sama dengan nilai maksimum idealnya yakni sebesar 100. Nilai minimum data keterampilan manajerial kepala sekolah adalah sebesar 63, hal ini menunjukkan bahwa nilai minimum data keterampilan manajerial kepala sekolah yang diperoleh responden lebih tinggi dari dari nilai minimum idealnya yakni sebesar 20. Sedangkan standar deviasi data ketarampilan manajerial kepala sekolah yang diperoleh responden adalah 9,46.
            Tabel 2 : Distribusi Frekuensi  Data Motivasi Kerja Guru  Ekonomi (Y)
No.
Kelas Interval
F
f. Kum
Persentase (%)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
32 - 39
40 - 47
48 - 55
56 - 63
64 - 71
72 - 79
2
2
18
13
5
4
2
4
22
35
40
44
   4,54
   4,54
40,90
29,54
11,36
   9,09
Jumlah
44

100

            Berdasarkan hasil angket motivasi kerja guru ekonomi yang diberikan kepada responden (guru ekonomi), maka dapat dilihat bahwa mayoritas responden (guru) yakni sebanyak 31 orang memiliki motivasi kerja yang sedang. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif data motivasi kerja guru ekonomi sebagaimana terdapat pada lampiran 7, yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata data motivasi kerja guru ekonomi adalah sebesar 56,77, sedangkan nilai rata-rata idealnya adalah sebesar 50, hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh responden lebih tinggi dari nilai rata-rata idealnya. Nilai median (Me) adalah sebesar 54,5 sedangkan nilai modusnya (Mo) adalah sebesar 52,82.
            Nilai maksimum data motivasi kerja guru ekonomi adalah sebesar 75, hal ini menunjukkan bahwa nilai maksimum data motivasi kerja guru ekonomi yang diperoleh responden lebih rendah dari nilai maksimumnya yakni 100. Nilai minimum data motivasi kerja guru ekonomi yang diperoleh responden adalah sebesar 32, hal ini menunjukkan bahwa nilai minimum data motivasi kerja guru ekonomi  yang diperoleh responden lebih tinggi dari nilai minimum idealnya yakni sebesar 20. Sedangkan standar deviasi data motivasi kerja ekonomi yang diperoleh responden adalah sebesar 9,44.
b. Uji Hipotesis
1.      Uji Persyaratan
            Uji persyaratan analisis dilakukan untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi kuadrat ( χ² ), sedangkan uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan uji varians (uji-F). Untuk lebih jelasnya mengenai hasil normalitas dan homogenitas data dapat diuraikan sebagai berikut :

a.      Uji Normalitas
            Uji normalitas data dimaksudkan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah benar-benar mewakili populasi, dengan asumsi bahwa data populasi berdistribusi secara normal. Dengan demikian maka hasil analisis dan kesimpulan data penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian.
            Berdasarkan hasil uji normalitas data keterampilan kepala sekolah (X) sebagaimana terdapat pada lampiran 8, diperoleh nilai χ²-hitung  = 6,36, jika dibandingkan dengan χ²-tabel  pada α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 =6 -1= 5, sehingga diperoleh nilai χ²-tabel = 11,07. Dengan demikian χ²-hitung = 6,36 <  χ²-tabel 11,07, hal ini menunjukkan bahwa data keterampilan manajerial kepala sekolah adalah bersumber dari populasi yang berdistribusi normal.
            Selanjutnya berdasarkan hasil uji normalitas data motivasi kerja guru ekonomi (Y) sebagaimana terdapat pada lampiran 9, diperoleh nilai χ²-hitung  = 8,76 jika dibandingkan dengan χ²-tabel  pada α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = k  – 1 =6-1 = 5, sehingga diperoleh nilai χ²-tabel = 11,07. Dengan demikian χ²-hitung = 8,76 <      χ²-tabel 11,07, hal ini menunjukkan bahwa data motivasi kerja guru ekonomi adalah bersumber dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan demikian maka data dalam penelitian ini dapat mewakili populasi sehingga hasil analisis dan kesimpulan data penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi penelitian.

b.      Uji Homogenitas
            Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah variasi data tersebut variabel terikat (Y) homogen sebagai akibat dari pengelompokkan data variabel (X). Uji homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Varians (uji-F), dengan criteria sampel yang berdistribusi homogen apabila nilai F-hitung lebih kecil dari F-tabel  (F-hitung < F-tabel ).
            Berdasarkan hasil uji homogenitas data keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dan motinasi kerja guru ekonomi (Y) sebagaimana terdapat pada lampiran 10, diperoleh F-hitung = 1,00, jika dibandingkan dengan F-tabel pada α = 0,05 dengan dk penyebut = n – 1 = 44 -1 = 43 (yang mendekati 44) dan dk pembilang = n -1 = 44 -1 = 43 (yang mendekati 44), sehingga diperoleh F-tabel = 1,56. Dengan demikian F-hitung = 1,00 < F-tabel = 1,56, hal ini berarti data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang homogen.
2. Hasil Uji Hipotesis
            Hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan adalah “ terdapat hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru ekonomi”. Dengan kata lain diduga bahwa semakin tinggi keterampilan manajerial kepala sekolah, maka motivasi kerja guru ekonomi akan semakin tinggi pula, sebaliknya semakin rendah keterampilan manajerial kepala sekolah, maka motivasi kerja guru ekonomi semakin rendah pula.
            Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linear sederhana dan analisis korelasi sederhana. Berdasarkan hasil analisis regresi sederhana antara keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru ekonomi (Y), maka diperoleh nilai koefisien regresi (b) adalah 0,59, dan nilai konstanta sebesar 8,37. Dengan demikian, maka bentuk hubungan antara variabel keterampilan manajerial kepala sekolah dengan variabel motivasi kerja guru ekonomi dapat ditunjukkan dengan persamaan regresi linear sederhana Ŷ = 8,37 + 0,59 X.
            Mengetahui apakah model garis regresi tersebut signifikan dan dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan, maka selanjutnya dilakukan uji keberartian persamaan regresi dan uji linearitas dengan menggunakan uji Fisher (uji F) yang hasil pengujiannya disajikan dalam tabel berikut :
            Tabel 3 : Daftar ANAVA Uji Signifikan dan Linearitas Regresi
Sumber Varians
DK
JK
RJK
F-hitung
F-tabel
α = 0,05
α = 0,01
Total
44
142.334
3.234,86



Regresi (a)

Regresi ()
Sisa
1

1

42
138.881,45

1220,60

2231,95
138.881,45

1220,60

53,14

22,96**

4,07

7,27
Tuna cocok
Galat
22
20
1750,85
481,09
79,58
24,05

3,30ns

2,08


Keterangan :
DK = derajat kebebasan                   
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
** = regresi sangat signifikan (F-hitung = 22,96 > F-tabel = 7,27)
ns = regresi linear (F-hitung = 3,30 > F-tabel = 2,08)
            Hasil analisis varians seperti disajikan dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 22,96, jika dibandingkan dengan F-tabel pada α = 0,01, dk pembilang = 1 dan dk penyebut = 42, sehingga diperoleh nilai F-tabel 7,27. Dengan demikian F-hitung = 22,96 > F-tabel = 7,27, hal ini menunjukkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi kerja guru ekonomi. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan satu skor guru dalam menilai  keterampilan manajerial kepala sekolah, maka akan diikuti dengan kenaikan skor motivasi kerja guru sebesar 0,59 pada konstanta 8,37, demikian pula sebaliknya bahwa setiap penurunan satu skor guru dalam menilai keterampilan manajerial kepala sekolah, maka akan diikuti dengan menurunnya skor motivasi kerja guru sebesar 0,59 pada konstanta 8,37. Selain itu berdasarkan hasil uji linearitas persamaan regresi sebagaimana terdapat pada lampiran 15, diperoleh nilai F-hitung  = 3,30, jika dibandingkan dengan F-tabel  pada α = 0,05 dk pembilang 22 dan dk penyebut 20 sehingga diperoleh nilai F-tabel  = 2,08. Dengan demikian F-hitung = 3,30 > F-tabel = 2,08, yang berarti persamaan regresi Ŷ = 8,37 + 0,59 X adalah bersifat tidak linear.
            Hasil analisis korelasi sederhana diperoleh hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar 0,59 dengan koefisien determinasi (r²) sebesar 0,3481 atau 34,81%, yang berarti bahwa 34,81 % variasi skor pada motivasi kerja guru ekonomi dipengaruhi oleh keterampilan manajerial kepala sekolah, sedang sisanya sebesar 65,19 % ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti (signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan menggunakan uji – t pada α = 0,01 dengan derajat kebebasan 42 (yang mendekati 44) yang hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel berikut :
            Tabel 4 : Uji Signifikan Koefisien Korelasi (r)
Sampel
Koefisien Korelasi
Koefisien Determinasi
t-hitung
t-tabel
α = 0,05
α = 0,01
44
0,59
0,3481
4,77**
2,02
2,70

Keterangan :
**   : koefisien korelasi sangat signifikan (t-hitung = 4,77 > t-tabel = 2,70)
dk   : derajat kebebasan (42).


             Hasil pengujian tersebut diperoleh nilai t-hitung = 4,77, jika dibandingkan dengan t-tabel pada α = 0,01 dan db = n – 2 = 44 -2 = 42 sehingga diperoleh nilai t-tabel = 2,70. dengan demikian t-hitung = 4,77 > t-tabel = 2,70, yang berarti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan motivasi kerja guru ekonomi. Oleh karena itu, maka hipotesis peneltian (H1) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif anatara keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru ekonomi (Y) adalah diterima (teruji) dengan sangat signifikan.
c. Pembahasan Hasil Penelitian
            Penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam studi korelasional (hubungan), yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru ekonomi (Y) di SMA Negeri se-Kota Kendari.
Penyelenggaraan pendidikan melalui jalur sekolah tidak dapat lepas dari unsur kepala sekolah maupun guru, dengan demikian guru memegang peranan penting, baik dalam mengelola kegiatan belajar mengajar maupun dalam mengelola administrasi yang dapat menunjang keberhasilan tujuan sekolah. Meskipun demikian aktivitas kerja guru dalam melaksanakan tugasnya masih turut dipengaruhi oleh adanya kepemimpinan kepala sekolah serta manajemen yang baik. Bagi seorang kepala sekolah, persoalan yang dihadapkan padanya adalah bagaimana menciptakan situasi dimana bawahan dapat memeroleh kepuasan kebutuhan individualnya di dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan sekolah. Atau dengan kata lain, bagaimana kepala sekolah dapat menyesuaikan keinginan bawahan dengan jalan memberikan motivasi kerja agar tujuan sekolah dapat dicapai. Dalam manajemen, peran pemimpin dalam memberikan motivasi kepada seluruh bawahan merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil analisis deskripsi data keterampilan manajerial kepala sekolah menunjukkan bahwa mayoritas responden (guru) memiliki penilain yang sedang atas keterampilan manajerial kepala sekolah. Hal ini dapat dilihat dari 44 orang responden (guru), sebanyak 24 orang (54,54%) cenderung memiliki penilain terhadap keterampilan manajerial kepala sekolah yang sedang. Selain itu motivasi kerja guru menunjukkan bahwa mayoritas responden (guru) memiliki motivasi kerja yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari 44 orang responden guru, sebanyak 31 orang (70,45 %) memiliki motivasi kerja yang sedang.
Berdasarkan hasil uji keberartian koefisien korelasi diperoleh nilai t-hitung sebesar  4,77, sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,70. Dengan demikian t-hitung (4,77) > t-tabel (2,70), ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru ekonomi (Y). Hal ini sebagaimana di ungkapkan oleh Ravianto yang di kutip oleh Martoyo (1992 :155) mengemukakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja guru yaitu atasan (kepala sekolah ), rekan, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa atau uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Dengan demikian keterampilan manajemen kepala sekolah sangat erat kaitannya dengan motivasi kerja guru, semakin tinggi keterampilan manajemen kepala sekolah, maka motivasi kerja guru akan semakin baik. Sebaliknya semakin rendah keterampilan manajemen kepala sekolah, maka semakin rendah pula motivasi kerja guru. Hal ini disebabkan karena guru yang memiliki kepuasan atas keterampilan manajemen kepala sekolah akan selalu berusaha untuk meningkatkan motivasi kerjanya dalam menjalankan tugasnya dalam hal ini mengajar.

D.    Penutup

a.      Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterampilan manajerial kepala sekolah (X) dengan motivasi kerja guru ekonomi (Y) di SMA Negeri se-Kota Kendari. Hal ini menunjukkan bahwa nilai motivasi kerja guru (Y) ditentukan oleh keterampilan manajerial kepala sekolah (X). Dengan demikian apabila keterampilan manajerial kepala sekolah baik, maka dapat memungkinkan tingkat motivasi kerja guru akan semakin tinggi pula.

b.      Saran
            Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut :
1.      Bagi Kepala Sekolah, kiranya dapat meningkatkan keterampilannya dalam mengelolah manajemen sekolah serta menjalin hubungan yang baik dengan guru demi tercapainya tujuan.
2.      Bagi guru, agar kiranya dapat meningkatkan motivasi kerja dengan baik dalam mengajar dengan cara mengikuti berbagai pelatihan, maupun dengan mengikuti penataran.
3.      Bagi Dinas Pendidikan Nasional Kota Kendari disarankan untuk memberikan pelatihan-pelatihan secara rutin kepada Kepala Sekolah dalam mengelolah manajemen sekolah demi untuk meningkatkan motivasi kerja guru dalam menjalankan tugas mereka masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
Erni dan Kurniawan. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen. Bandung ; Bumi Aksara.
Follet, 1997. Management  Prentice Hall. New Jersey.
GR. Terry. 1977. Pengantar Manajemen. Jakarta.
Hani Handoko. 1990. Falsafah Manajemen. Yogyakarta ; Bumi Aksara.
Hamzah B, Uno, M.Pd. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Gorontalo; Bumi                      Aksara.
Hani Handoko. 1999. Keterampilan Manajemen. Yogyakarta ; Bumi Aksara.
Jhon, W. 2000. Thoery. ( http:/gwis.cire.gwu.edu/-tip/motivate.html 1 of 2).
James, L. Gibson. 2001. My Teacher. (http/my teacher.net/plan/lesson 9.html., 1of1).
John Whitemore. 1997. The Principle Conceps, Competencies and Cases. New      York ; lonman Inc.

Jhon, M. Echols dan Hasan Shadily. 1997. Kamus Inggris - Indonesia : An English-           Indonesian Dictionary (Jakarta ; PT. Gramedia) hlm. 530.

Kusnandar. 2007. Guru Professional, Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.
Maman Ukas. 2004.  Manajemen. Bandung ; Agini.
Miftah Thoha. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen, Jakarta ; PT. Raja Grafindo       
                        Persada.
Nawawi . 1993. Faktor-faktor Motivasi Guru. Jakarta ; Ghalia Jakarta.
Rahman, dkk. 2006. Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu    Pendidikan. Jatinangor ; Alqaprint.
Sergiovann, 1997. Profesinalisme Dan Manajemen. Bandung ; PT. Raja Grafindo
                          Persada.   
Soekarto, I. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Bogor ; CV.           Pustaka Setia.

Sofyan, S, H. 1993. Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Jakarta ; Kanisius.
Sudirman, A, M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta ; Rajawali.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistik. Tarsito. Bandung.
The Liang Gie, Dalam Mahatika, 2006.
W, Jack Ducan. 1981. Organization Behavior. Boston.
Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta ; PT. Raja Grafindo             Persada.

Zainal Arifin Ahmad, Drs. 2007. Presentasi Pengantar Manajemen Pendidikan.     Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada.