JURNAL

PENGARUH JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERMINTAAN KOMODITI SINGKONG DI DESA MATAHOALU KECAMATAN LAMBUYA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KENDARI
OLEH
ALIADIN
A1A111O45

A.    PENDAHULUAN
Menurut data statistic, Kabupaten Kendari memiliki luas wilayah  18.144,09 km, yang terdiri atas wilayah daratan  11.960 km pangkat 2, dengan jumlah penduduk 406,167 juta jiwa (BPS 1997) dan dari jumlah tersebut 80% tinggal di wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utama pada sektor pertanian.
Singkong merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang cukup penting artinya dalam proses pembangunan nasional khususnya dalam rangka pemantapan dan pelestarian swasembada pangan melalui penganekaragaman bahan makanan dan pemenuhan gizi masyarakat (Hendo Sunaryalo, 1994:Muliana:1).
Usaha ini dapat dilakukan pada areal pertanian yang relatif luas, sedang dan juga dapat dilakukan pada areal sempit (pekarangan rumah). Sehingga permintaan terhadap komoditi singkong diperkirakan akan meningkat terus dimasa yang akan datang, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang sekaligus juga dibarengi dengan makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelengkapan gizi dalam menu tiap hari.
Salah satu upaya untuk memenuhi permintaan singkong yang makin meningkat yaitu melalui usaha pembudidayaan secara intensif dan ekstensif. Dari segi proses produksinya ternyata usaha tani singkong juga dapat dikembangkan menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakt petani khususnya bagi mereka yang bermukim disekitar wilayah perkotaan.
Pengembangan usaha tani singkong di Kabupaten Kendari khususnya di Desa Matahoalu dilator belakangi oleh keadaan teknik budidaya yang mudah, penanganan pasca panen yang sederhana dan modal yang digunakan kecil, disamping itu juga dekat dengan ibukota kabupaten sebagai pusat pemasaran local.
Usaha pengembangan ini masih diperhadapkan pada kurangnya pengetahuan dan keterampilan petani singkong, keterbatasan modal yang dimiliki untuk mengelolah usahanya dan lain sebagainya, sehingga potensi yang ada belum dapat dimanfaatkan secara optimal.
 Lahan yang dimiliki oleh para petani perlu di intensifikasikan melalui perubahan cara-cara pengelolahan yang bersifat komersial dan memberikan penyuluhan secara intensif dan berkelanjutan.
Dilain pihak harga sebagai salah satu gejala ekonomi yang sangat penting , yang sangat mempengaruhi perilaku para petani dalam mengelola usaha taninya, tingkat harga dan fluktuasi harga hasil pertanian pada umumnya adalah merupakan factor-faktor yang mempengaruhi jumlah barang yang diminta oleh konsumen disatu pihak dan jumlah barang yang ditawarkan produsen di pihak lain.
Mengingat banyak factor ekonomi yang mempengaruhi usaha pembangunan singkong di Kabupaten Kendari khususnya di Desa Matahoalu Kecamatan Lambuya, maka penulis mencoba memilih judul “Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Permintaan Komoditi Singkong di Desa Mathoalu Kabupaten Lambuya Daerah Tingkat II Kendari”.


B.  Tinjauan Pustaka
a.      Pengertian Permintaan
 Permintaan mempunyai pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian yang digunakan dalam percakapan sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan.
 permintaan mempunyai pengertian lain karena merupakan unsure penting yang berpangkal pada adanya kebutuhan. Hal ini berartipermintaan yang didasarkan atas adanya kebutuhan harus didukung oleh adanya daya beli dari orang yang meminta barang tersebut.
 Sudarsono ((1996) mengemukakan bahwa permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli peminta barang tersebut. Kemudian oleh Winardi (1992) dikemukakan bahwa permintaan adalah jumlah benda-benda yang dibeli para pembeli pada pasar tertentu dengan harga pada saat itu.
 Budiono (1992) yaitu berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen dalam suatu pasar untuk periode waktu tertentu dan pada berbagai kemungkinan tingkat pendapatan atau berbagai tingkat harga dari harga-harga yang mempunyai hubungan dekat. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada empat kasus yang menyebabkan permintaan suatu barang akan naik dan mempunyai hubungan yang positif diantara harga dan jumlah yang diminta itu.
1.      Komsumsi yang mencolok
 Suatu barang yang diminta karena kenikmatan yang diperolrh pada barang tersebut (baik nyata ataupun hanya perasaan) yang menyebabkan barang tersebut mahal harganya.
2.      Harapan bahwa harga akan berubah
 Lebih banyak barang yang diminta pada harga yang lebih dari sebelumnya, oleh karena harga yang tinggi menunjukan kepada pembeli bahwa harga akan naik lebih lanjut. Dan lebih sedikit barang yang diminta pada harga yang lebih rendah memberikan petunjuk kepada konsumen bahwa harga akan terus menurun. Dalam hal ini terdapat unsur spekulasi.
3.      Hubungan kualitas harga
Lebih banyak barang yang diminta pada harga yang lebih tinggi apabila konsumen beranggapan bahwa barang-barang yang lebih mahal harganya berarti kualitas barangnya lebih baik daripada barang yang harganya lebih rendah.
4.      Barang giffen
Arti ini efek pendapatan yang negatif dari barang-barang inferior lebih besar daripada naiknya jumlah yang diminta akan barang tersebut berkurang.
Sudarman (1995) mengatakan bahwa fungsi permintaan seorang konsumen terhadap komoditi tertentu diperoleh dengan proses maksimalisasi kepuasan untuk sejumlah penghasilan terteuntu yang besarnya dipengaruhi oleh harga barang itu, penghasilan konsumen, selera dan harga barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan. Dari pengertian tersebut menunjukan bahwa seorang konsumen meminta suatu barang senantiasa memaksimalkan kepuasan yang sangat dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya yaitu:

a.       Harga barang itu sendiri
Sesuai dengan bunyi hokum permintaan yang menyatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut, sebaiknya makin rendah harga suatu barang makin banyak pula permintaan terhadap barang tersebut.
a.       Penghasilan konsumen
Faktor ini merupakan factor penentu yang penting dalam permintaan suatu barang yang pada umumnya semakin banyak penghasilan, semakin banyak pula permintaan terhadap barang yang dibutuhkan.
b.      Selera
Selera konsumen pada umumnya berubah dari waktu ke waktu. Meningkatkan selera seseorang terhadap suatu barang tertentu pada umumnya berakibat naiknya jumlah permintaan terhadap barang tersebut begitu pula sebaliknya menurunnya selera konsumen terhadap suatu barang tertentu pada umumnya berakibat berkurangnya jumlah permintaan terhadap barang tersebut.
c.       Harga barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan
Barang-barang konsumsi pada umumnya mempunyai kaitan penggunaan antara satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan antara kedua barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
-saling mengganti
Dua barang dikatakan mempunyai hubungan yang saling mengganti bila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan naiknya permintaan terhadap barang lain.
-saling melengkapi
Dikatakan saling melengkapi bila suatu harga tertentu naik, maka semakin sedikit orang yang berminat terhadap barang pelengkapnya. (Nicholson, 1991:31).
            Dari keempat factor tersebut di atas secara bersam-sama menentukan permintaan dan jumlah barang yang akan diminta untuk setiap barang bagi masing-masing individu.
a.      Pengertian Penduduk.
Istilah penduduk pada umumnya sebagian orang berpendapat bahwa sama dengan rakyat akan tetapi secara logis bahwa penduduk tersebut berbeda dengan pengertian rakyat.
Rustandi memberikan pengertian penduduk yaitu mereka yang bertempat tinggal atau yang berdomisili didalam suatu wilayah. Sedangkan rakyat yaitu semua orang yang berdiam didalam suatu Negara atau menjadi penghunu Negara atau sekelompok manusia yang memiliki suatu kebudayaan yang sama. (Rustandi; Munir 1996:23).
Peninjauan secara demografi menunjukan bahwa berkembangnya penduduk yang cepat disebabkan karena angka kelahiran yang tinggi sedangkan dilain pihak angka kematian yang menurun, akibat kemajuan teknologi di bidang kedokteran, perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan keadaan social ekonomi.
  Maltus berpendapat bahwa penduduk berkembang secara deret ukur sementara produksi bahan makanan berkembang menurut deret hitung sehingga menurut Maltus dimasa depan akan terdapat kekurangan bahan makanan dikarenakan pertumbuhan produksi pangan tidak akan sanggup menangani pertumbuhan penduduk. Akan tetapi teori Maltus tersebut tidak memihak peranan teknologi, perkembangan social ekonomi, perkembangan penduduk itu sendiri perkembangan alat kontrasepsi dan sebagainya dan inilah yang merupakan kelemahan dari adanya teori yang dikemukakan oleh Maltus.
 Kuznets yang menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat akan mendorong perubahan ekonomi yang tampak dalam penyempurnaan teknologi yang mengarah pada pembangunan ekonomi serta kepercayaan akan penguasaan terhadap lingkungan sekitar yang mengarah pada perubahan lingkungan (Munir, 1986:14).
Priyono memberikan gambaran secara umum bahwa suatu perkembangan ekonomi tidak akan berhasil baik kalau hanya dilihat dari satu segi yakni pendapatan nasional (GNP) saja tanpa memperhatikan dan menghambat perkembangan penduduk yang besar dan cepat menyebabkan keperluan akan penyediaan pangan yang besar pula sehingga dengan naiknya pendapatan maka selama beras merupakan bahan makanan utama permintaannya akan naik karena untuk memenuhi kebutuhan rata-rata yang masih kurang kemudian keuntungan kenaikan pendapatan yang diharapkan menurunkan konsumsi jagung dan singkong, ternyata tidak bisa banyak diharapkan karena barang-barang tersebut merupakan substitusi beras jika beras tidak terpenuhi permintaan jagung dan singkong akan naik, akibatnya ekspor tidak bisa dilakukan malah bukan tidak mungkin kita akan mengimpor bahan substitusi tersebut (Priyono, 1986:34).

b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

            Menurut Sicat dan Arndt menerangkan bahwa ada beberapa factor yang mempengaruhi suatu permintaan yaitu:
1.      Pola prefensi
 Prefensi berubah sehingga orang ingin membeli suatu komoditi lebih banyak pada tingkat harga tertentu, maka dikatakan terjadi kenaikan permintaan.
2.      Perubahan pendapatan
 Meningkatkan pendapatan seseorang akan memperbesar permintaan akan suatu barang.
3.      Pengaruh distribusi pendapatan
 Pendapatan dikalangan penduduk tersebar agak merata, jenis-jenis barang yang permintaannya bertambah akan lebih meluas.
4.      Perubahan kependudukan
Jumlah penduduk yang bertambah besar menuntun ke arah meningkatnya permintaan beberapa jenis barang.
5.      Perubahan pengharapan
Harapan tentang masa depan dapat mengubah permintaan terhadap komoditi tertentu (Sicat & Arndt, 1991:44).
Selanjutnya Gilarso dalam bukunya Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro mengemukakan bahwa ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang diantaranya yaitu:
1.      Jumlah pembeli
 Jumlah pembeli suatu barang tertentu bertambah maka pada harga yang sama jumlah yang mau dibeli bertambah banyak juga dan kurva permintaan akan bergerak kekanan.
2.       Besar penghasilan
Besar penghasilan yang tersedia untuk dibelanjakan jelas berpengaruh sekali terhadap permintaan.
3.      Harga barang-barang lain
4.      Selera konsumen
5.      Harapan atau pandangan tentang masa yang akan dating dan factor-faktor psikologi lainnya dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang mendadak dalam permintaan masyarakat (Gilarso, 1993:23).
Sukirno memberikan gambaran bahwa permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak factor. Factor-faktor tersebut yang terpenting adalah sebagai berikut:
1.      Harga barang itu sendiri
2.      Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut
3.      Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
4.      Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5.      Cita rasa masyarakat
6.      Jumlah penduduk
7.      Ramalan mengenai keadaan masa yang akan dating
(Sukirto,1997:76)
 Suparmoko dalam Pengantar Ekonomi Mikro, menjelaskan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah:
1.      Pendapatan konsumen
2.      Selera konsumen
3.      Harga barang lain
4.      Harga barang itu sendiri
5.      Jumlah penduduk
6.      Pengeluaran adventensi
7.      Saluran distribusi
8.      Rancang bangun
(Suparmoko,1997:16)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang yaitu:
1.      Harga komoditi yang bersangkutan
2.      Harga komoditi yang erat kaitannya
3.      Pendapatan masyarakat
4.      Selera konsumen
5.      Jumlah penduduk
6.      Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan dating
c.       Singkong dalam sistem pangan pokok
 Singkong merupakan sumber kalori yang jauh lebih murah daripada beras, gaple telah merupakan sumber kalori paling murah.
Bentuk-bentuknya yang kering dimakan dalam jumlah yang besar hanya oleh rakyat miskin, yang beralai dari singkong kering ke singkong basah dan beras kalau pendapatkan mereka memungkinkan. Karena murahnya maka singkong membantu untuk menutupi ketidak cukupan jumlah kalori yang merupakan  masalah gizi yang utama.
Beras, jagung dan singkong merupakan sumber utama, kalori-kalori makanan di Indonesia. Beras adalah yang paling penting secara konsisten memberikan lebih dari 70% kalori, bahan pokok tepung-tepungan lebih dari 50% jumlah keseluruhan kalori.
                        Umbi-umbian segar memperlihatkan kesamaan dengan beras, tetepi peningkatan konsumsinya yang bersamaan dengan kenaikan pendapatan jauh lebih lemah. Konsumsi singkong menurun sesudah melalui suatu batas-batas pemenuhan kalori.
Bukti yang konsisten juga terdapat dalam perbandingan antara konsumen antara konsumen perkotaan dengan konsumen pedesaan, pembagian penduduk dalam kelompok-kelompok pendapatan memperlihatkan bahwa pendapatan konsumen perkotaan rata-rata lebih banyak dibandingkan pendapatan konsumen pedesaan.
d.      Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas tentang jumlah penduduk terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu,    maka peneliti dapat menggunakan hipotesis sebagai berikut:
“Diduga bahwa jumlah penduduk mempunyai pengaruh terhadap permintaan komoditi singkong”.

                                                            
                                                            

C.    Metode Penelitian

a.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Matahoalu Kecamatan Lambuya Kabupaten Daerah Tingkat II Kendari. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 mei – 17 juni 2000.
b.      Variabel Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan maka variabel-variabel analisis dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Variabel (Y)          : Permintaan komoditi singkong yang merupakan variabel terikat “variabel dependen”
2.      Variabel (X)          jumlah penduduk yang merupakan variabel bebas “independen”
c.       Definisi Operasional
1.      Permintaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah komoditi singkong yang sanggup dibeli oleh para konsumen pada saat-saat tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu.
2.      Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi desa tahun 1990-2000.
d.      Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder yaitu berupa data dokumentasi dari kantor desa atau instansi yang terkait.
e.       Teknik Analisis Data
1.      Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan teknik analisis korelasi product moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
            ∑Y      = jumlah nilai-nilai Y
                = jumlah kuadrat nilai-nilai Y
            (∑   = jumlah nilai-nilai Y yang dikuadratkan
            ∑X      = jumlah nilai-nilai X
                 = jumlah kuadrat nilai-nilai X
(∑   = jumlah nilai-nilai X yang dikuadratkan
            ∑XY   = jumlah perkalian antara nilai X dan nilai Y
            n          = jumlah sampel
            r           = korelasi
Nilai korelasi itu paling rendah -1 dan paling besar +1, jadi nilai r dapat dinyatakan sebagai berikut -1  r  1 yang berarti bahwa :
a.       Kalau nilai r = 1 berarti hubungan antara variabel X dan variabel Y yaitu sempurna dan positif.
b.      Kalau nilai r = -1 berarti hubungan antara variabel X dan Y yaitu sempurna negatif.
c.       Kalau nilai r = 0 berarti antara variabel X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan sama sekali.
Dalam memberikan interprestasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi product moment ( ), pada umumnya dipergunakan pedoman seperti yang terdapat pada table berikut :
Tabel 1. Interprestasi angka indeks korelasi product moment
Besarnya korelasi product moment (rxy)
Interprestasi              
0,00 – 0,20





0,20 – 0,40

0,40 – 0,70


0,70 – 0,90


0,90 – 1,00
-antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan tetapi korelasi tersebut sangat lemah atau rendah sehingga korelasi itu dianggap tidak ada atau diabaikan.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

(Sudiryono, 1992:80 dalam Tasripin, 2000:34)

 Penggunaan analisis korelasi product moment yang telah dikemukakan di atas, karena jumlah sampelnya sangat kecil yakni kurang dari 30 maka digunakan uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Menghitung harga t teoritik dengan menggunakan rumus :
 

Dimana  :   r = angka indeks korelasi product moment
                   n = banyaknya sampel
(Jafar Ahiri, 2000;51)
b.      Menentukan taraf kepercayaan kesalahan penelitian dalam penelitian ini digunakan taraf kepercayaan 95% dan taraf kesalahan 5% ( α = 0,05).
c.       Menentukan harga t yang tercantum dalam tabel (t-tabel)
d.      Membandingkan nilai t-tabel dengan criteria sebagai berikut:
-      Jika t-hitung   t-tabel maka hipotesis penelitian (  ditolak) yang berarti bahwa variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Y).
-      Jika t-hitung  t-tabel maka hipotesis penelitian ( diterima) Yang berarti bahwa variabel bebas (X) berpengaruh tidak nyata terhadap variabel terikat (Y).


D.    Hasil dan Pembahasan
a.      Gambaran Umum Desa Matahoalu
2.      Keadaan Geografis
Desa Matahoalu adalah salah satu yang terdapat di wilayah Kecamatan Lambuya Kabupaten Kendari dengan luas  505 dengan keadaan topografi relatif datar. Letaknya  6 km dari Ibukota Kecamatan, 8 km dari Ibukota Kabupaten, dan 80 km dari Ibukota Provinsi.
Secara administrasi, Desa Matahoalu mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
-      Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tawarotebota, Ameroro dan Uepai
-      Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tawarotebota
-      Sebelah barat berbatasan dengan Hutan Negara
-      Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tawarotebota, dan Tawamelewe
3.      Keadaan Iklim dan Tanah
4.       Desa Matahoalu memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, sedangkan curah hujan rata-rata 166,5 m.m pertahun dengan suhu rata-rata  derajat C. dengan bentuk permukaan tanah atau tapografi Desa Matahoalu umumnya adalah dataran rendah dan sebagian perbukitan yang sangat potensial untuk perkembangan pertanian padi sawah dan perkebunan.
5.      Keadaan Penduduk
a.       Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk
      Terlihat pada kurun waktu 11 tahun (1990-2000). Pada tahun 1990 jumlah penduduk Desa Matahoalu berjumlah 1083 jiwa dan pada tahun 2000 penduduk Desa Matahoalu menjadi 1157 jiwa yang berarti selama 11 tahun telah mengalami pertumbuhan penduduk sebanayk 74 jiwa atau 6,396 % dengan rata-rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya 6,727 jiwa atau 0,631 %.
Untuk melihat perkembangan penduduk  Desa Matahoalu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Desa Matahoalu (1990-2000)
Tahun
Jumlah penduduk (jiwa)
Laju pertumbuhanpenduduk (jiwa)
Persentase pertumbuhan (%)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
1083
1097
1112
1125
1142
1165
1180
1102
1119
1136
1157
-
14
15
13
17
23
15
-78
17
17
21
-
1,293
1,364
1,169
1,511
2,014
1,286
-6,610
1,543
1,519
1,849
Sumber : Kantor Desa Matahoalu, 2000
 Laju pertumbuhan penduduk tertinggi di Desa Matahoalu terjadi pada tahun 1995 yakni berjumlah 23 jiwa atau 2,014% dan pada tahun1997 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk mengalami penurunan sebesar -78 jiwa atau -6,610%, hal ini disebabkan penduduk Desa Matahoalu banyak yang meninggalkan lokasi pemukimannya dan rata-rata mereka menjual kepada rekan sesama dan juga bahkan telah dijual kepada orang lain dan hasilnya digunakan untuk biaya mudik ke daerah asal mereka masing-masing.
b.      Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian

Ditinjau dari segi mata pencaharian, penduduk Desa Matahoalu memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam, keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat dalam tabel 3 berikut :

Tabel 3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Matahoalu
No
Jenis Mata Pencaharian
jumlah
Persentase
1
2
3
4
5
6

7
Petani
Peternak
Pedagang
Pertukangan
Buruh Tani
Pegawai Negeri/ ABRI
Jasa
270
184
57
14
54
14

31
43,26
29,49
9,13
2,24
8,65
2,24

4,49
   
Jumlah
624
100
Sumber : Kantor Desa Matahoalu,2000

 Penduduk Desa Matahoalu yang bermata pencaharian yang paling banyak adalah petani yaitu sebesar 270 jiwa (43,26 %). Dengan kondisi ini maka pertanian merupakan sumber perekonomian masyarakat, sehingga diharapkan adanya upaya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya petani di daerah ini. Dari jumlah ini (624 jiwa) penduduk Desa Matahoalu adalah penduduk produktif atau mempunyai pekerjaan.
c.       Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Apabila ditinjau dari segi pendidikan, maka tingkat pendidikan penduduk Desa Matahoalu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Kaeadaan Penduduk Desa Matahoalu Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SMU/Sederajat
Diploma/Sarjana
200
208
428
241
65
15
17,29
17,98
36,99
20,83
5,62
1,29
Jumlah
1157
100
Sumber : Kantor Desa Matahoalu, 2000

 Tingkat penduduk Desa Mathoalu yang terbanyak adalah tamat SD yang berjumlah 428 jiwa (36,99%) dari jumlah penduduk, sedangkan tingkat pendidikan Diploma/Sarjana sangat rendah yang berjumlah 15 jiwa (1,29%) dari jumlah penduduk.
6.      Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana dan prasarana di Desa Matahoalu cukup baik, mulai dari bidang pendidikan, transportasi, pemasaran, kesehatan, keagamaan, kegiatan kelompok. Mengenai keadaan sarana dan prasarana di Desa Matahoalu dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana di Desa Matahoalu
No
Jenis Sarana dan Prasarana
Jumlah
1



2




3


4.


5


6
Bidang Pendidikan
-TK
-SD/Sederajat
-SMP/Sederajat
Bidang Transportasi
-Jalan Desa (km)
-mikrolet (unit)
-Sepeda Motor (unit)
-Sepeda (unit)
Bidang Pemasaran
-Kios/Warung
-Pedagang Pengecer
Bidang Kesehatan
-Pos KB
-Posyandu
Bidang Keagamaan
-Mesjid
-Gereja
Bidang Kegiatan Kelompok
-Sanggar PKK
-Kelompok Tani
-Majelis Taklim

1
2
2

5,6
3
40
120

15
30

1
1

1
1


1
5
1
Sumber : Kantor Desa Matahoalu, 2000
 Sarana dan prasarana di Desa Matahoalu sudah cukup memadai untuk menjamin kesejahteraan penduduk sehingga dapat menjalankan setiap aktivitasnya.
7.      Keadaan Pertanian
 Potensi tanaman pangan di wilayah Desa Matahoalu sangat memungkinkan, dalam penguasaannya diterapkan sistem tumpang sari sehingga dapat mempermudah pengusahaan tanaman pangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Luas lahan dan jenis tanaman pangan di Desa Matahoalu
No
Jenis Tanaman
Luas lahan (Ha)
1
2
3
4
5
6
7
Padi Sawah
Singkong
Ketela Rambat
Kacang Tanah
Jagung
Sayur-sayuran
Buah-buahan
160
30
5
26
2,5
7
9,2
Sumber : Kantor Desa Matahoalu, 2000
Jenis tanaman yang banyak diusahakan adalah usaha padi sawah (persawahan). Potensi lahan di Desa Matahoalu sangat mendukung. Khusus untuk tanaman ketela pohon di Desa Matahoalu akan lebih dijelaskan lagi beberapa hal.
a.       Luas Lahan dan Produksi
Luas lahan sangatlah menentukan besar kecilnya produksi dari usaha tani dan mempengaruhi keputusan petani dalam mengkombinasikan usaha tani dalam menggunakan teknologi.
lebih jelasnya luas lahan tanaman singkong di Desa Matahoalu dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
Tabel 7. Luas Lahan Gerapan dan Produksi Tanaman Singkong di Desa Matahoalu (1990-2000)
Tahun
Luas Lahan (Ha)
Produksi Perhektar (Ton)
Total Produksi (Ton)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
24,00
24,00
24,70
24,70
25,00
26,00
27,00
27,00
28,00
28,50
30,00
6,37
6,43
6,50
6,50
5,90
7,30
7,49
7,75
8,00
8,02
8,15
152,88
154,32
160,55
160,55
147,50
189,80
202,23
209,25
224,00
228,57
243,60

Sumber : Kantor BPPT Kecamatan Lambuya, 2000
Produksi singkong dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan, walaupun tersebut tidak merata. Pada tahun 1994 produksi singkong perhektar sebesar 5,90 ton. Angka ini sangatlah jauh berbeda dibandingkan pada tahun 1993 yang bisa mencapai 6,50 ton perhektarnya. Hal ini disebabkan pda tahun 1994 tanaman singkong di Desa Matahoalu terkena gangguan yang dapat merusak tanaman singkong para petani. Walaupun demikian rata-rata produksi perhektar tanaman singkong di Desa Matahoalu (1990-2000) yaitu lebih dari 128 ton dan rata-rata produksi setiap tahunnya sebesar 188,48 ton.
b.      Permintaan Komoditi singkong
Berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh peneliti dari instansi terkait dalam hal ini kantor BPPT Kecamatan Lambuya terlihat jelas bahwa permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu tiap tahunnya terjadi peningkatan yang cukup berarti.
Untuk lebih jelasnya tentang permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tahun
Permintaan (ton)
Peningkatan Permintaan (ton)
Pertumbuhan (%)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
152,88
154,32
160,55
160,55
147,50
189,80
202,23
209,25
224,00
228,57
243,60
-
1,44
6,23
0
-13,05
42,30
12,43
7,02
14,75
4,57
15,03
-
0,94
4,04
0
-8,13
28,68
6,55
3,47
7,05
2,04
6,58
Jumlah
188,48
8,25
4,66
Sumber : Kantor BPPT Kecamatan Lambuya, 2000

 Peningkatan permintaan tertinggi pada tahun 1995 yaitu sebesar 42,30 ton atau 28,68%, sedangkan pada tahun 1993 tidak terjadi peningkatan permintaan sama sekali dan pada tahun 1994 terjadi kekurangan permintaan sebanyak 13,05 ton atau 13% yang mana disebabkan oleh adanya kegagalan panen sehingga pada tahun 1994 tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh para konsumen. Walaupun demikian rata-rata permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu yaitu sebesar 188,48 ton/tahun rata-rata peningkatan permintaan sebesar 8,25 ton/tahun atau 4,66%.
Tabel 9. Permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu pada tahun 1990-2000
Tahun
Permintaan (ton)
Pemangkatan Permintaan (ton)
Pertumbuhan (%)
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
7,61
7,72
8,03
8,03
7,38
9,49
10,11
10,46
6,72
6,84
7,04
-
0,08
0,31
0
-0,65
2,11
0,62
0,35
-0,75
0,12
0,20
-
1,03
4,02
0
-8,09
28,59
6,53
3,46
-35,76
1,79
2,29

Rata rata
8,13
-0,03
0,41
Peningkatan tertinggi pada tahun 1995 yaitu sebesar 2,11 ton atau 28,59%, pada tahun 1993 tidak terjadi peningkatan permintaan sama sekali dan pada tahun 1994 dan 1998 terjadi kekurangan permintaan yaitu 0,65 atau -8,09% dan -3,74 atau -35,76% yang disebabkan oleh permintaan komoditi singkong dari konsumen di luar Desa Matahoalu yang meningkat, disamping itu juga pada tahun tersebut terjadi kegagalan panen. Sehingga rata-rata permintaan komoditi singkong khusus Desa Matahoalu yaitu sebesar 8,13 ton/tahun dengan rata-rata permintaan sebesar -0,05.
A.    Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Permintaan Komoditi Singkong di Desa Matahoalu Kecamatan Lambuya Kabupaten Daerah Tingkat II Kendari

 Penduduk yang besar menyebabkan keperluan akan penyediaan pangan yang besar pula sehingga memenuhi kebutuhan penduduk tersebut diharapkan setiap  individu untuk dapat memenuhi kebutuhan yang sifatnya sangat mendasar dalam hal ini kebutuhan akan pangan.
Untuk lebih jelasnya tentang pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan komoditi singkong dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu  pada tahun 1990-2000
No
Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Permintaan Komoditi Singkong (ton)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
1083
1097
1112
1125
1142
1165
1180
1102
1119
1136
1157
7,64
7,72
8,03
8,03
7,38
9,49
10,11
10,46
6,72
6,84
7,04
Sumber : Kantor Desa Matahoalu dan Kantor BPPT Kecamatan Lambuya
Penduduk dalam setiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang dibarengi dengan peningkatan permintaan komoditi singkong tersebut tidak merata. Hal ini dapat terlihat dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk dari tahun 1990sampai dengan tahun 2000 sebesar 6,727 jiwa atau 0,631 % sedangkan peningkatan permintaan komoditi singkong dari tahun 1990sampai dengan tahun 2000 yaitu sebesar 0,05 ton atau 0,41 %. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan

bertambahnya jumlah penduduk tidak mutlak akan bertambah pula permintaan akan komoditi singkong di Desa Matahoalu.
c.       Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment antara jumlah penduduk terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu pada lampiran 1 diperoleh nilai korelasi sebesar 0,22668. Hal ini menunjukan bahwa antara jumlah penduduk dan permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu terdapat korelasi yang rendah artinya apabila jumlah penduduk bertambah sebanyak satu satuan maka permintaan komoditi singkong akan meningkat sebanyak 0,22668 satuan.
 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,7169 sedangkan t-tabel sebesar 1,83 pada taraf kepercayaan ( α = 0,05). Nampak bahwa t-hitung  t-tabel (0,7169  1,83) yang berarti bahwa variabel bebas berpengaruh tidak nyata terhadap variabel terikat dalam hal ini jumlah penduduk Desa Matahoalu berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu.
Tidak nyatanya pengaruh jumlah penduduk Desa Matahoalu terhadap permintaan komoditi singkong disebabkan karena singkong tersebut bukanlah jenis barang yang disenangi oleh konsumen akan tetapi singkong tersebut merupakan salah satu jenis barang subtitusi atau sampingan bagi masyarakat Desa Mataholu. Adapun peningkatan permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu disebabkan oleh banyaknya para konsumen yang berasal dari luar Desa Matahoalu yang mngkonsumsi singkong tersebut.
E. Penutup
a .Simpulan
Penelitian ini dilakukan sepenuhnya di Desa Matahoalu Kecamatan Lambuya Kabupaten Kendari Dati II Kendari berdasarkan hasil analisis korelasi product moment, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Jumlah penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu Kecamatan Lambuya yang dapat dilihat dari uji hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai t-hitung  t-tabel (0,7169 1,83) pada taraf kepercayaan ( α  = 0,05) sehingga hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara jumlah penduduk terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Mataholu ditolak.
2.      Berdasarkan hasil analisis product moment diperoleh nilai korelasi ( ) sebesar 0,22668 yang berarti bahwa antara jumlah penduduk dan permintaan komoditi singkong di Desa Mataholu terdapat korelasi yang rendah.
3.      Jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu, hal tersebut disebabkan oleh komoditi singkong merupakan barang inferior dan juga permintaan komoditi singkong di Desa Matahoalu lebih banyak datang dari luar Desa Matahoalu.
b.Saran
1.      Diharapkan kepada para petani singkong di Desa Matahoalu agar senantiasa memelihara tanaman singkongnya sehingga dapat meningkatkan produksi.
2.      Diharapkan kepada aparat pemerintah senantiasa dapat meningkatkan sarana dan prasarana Desa agar dalam pemasaran hasil-hasil produksi pertanian di Desa Matahoalu tidak mengalami kendala.











DAFTAR PUSTAKA

Ahiri, Jafar, 2000. Metode Statistika. FKIP Unhalu Kendari.
Anonim, 1993, Garis-Garis besar Haluan Negara, Jakarta.
…………..., 2000, BPPT Kecamatan Lambuya
…………..., 2000, Kantor Kecamatan Lambuya
……………, 2000, Kantor Desa Matahoalu
Arikonto, Suharsimi, 1994, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bina Aksara, Jakarta.
Boediono, 1992, Pengantar Ekonomi Mikro, Fekon UGM Yogyakarta.
Djarwanto, 1996, Statistik Induktif edisi ke-4, BPPE Jakarta.
Falcom Walter P, dkk, 1996, Ekonomi Singkong di Jawa, Sinar Harapan, Jakarta.
Gaffarudin A, 2000, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerapan Teknologi, Faperta Unhalu.
Gilarso T, 1993, Pengantar Ekonomi Mikro, Kanisius Yogyakarta.
Kadaria, 1983, Analisis Pendapatan Nasional, Bina Aksara, Jakarta.
Muliana, 1996, Analisis Ekonimi Tanaman sayuran, Faperta Unhalu.
Nicholson, Walter, 1991, Teori Ekonomi Mikro 1, Rajawali Pers, Jakarta.
Sicat Gerando P, Arndt H.W, 1991, Ilmu Ekonomi 1, LP3ES, Jakarta.
Sudarsono, 1986, Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES, Universitas Terbuka, Jakarta.
Sudarso, 1981, Pengantar Ekonomi Mikro, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudarman Ari, 1988, Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES, Jakarta.
Sukirno Sadono, 1981, Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Bina Grafika, Jakarta.
………………., 1997, Mikro Pengantar Teori Ekonomi, Raja Grafika, Jakarta.
Suparmoko M, 1997, Pengantar Ekonomi Mikro, BPFE, Yogyakarta.
Supranto J, 1989, Teori dan Aplikasi Statistik, Erlangga, Jakarta.
Tasripin, 2000, Hubungan Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi belajar siswa, FKIP Unhalu, Kendari.