JURNAL


Tinjauan penerapan kurikulum berbasis kompetensi
Di smp negeri 3 pondidaha
Kabupaten Konawa
Oleh
Rusman
A1A1 11 003

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
                        Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu dari empat masalah pokok pendidikan yang telah didefenisikan sejak tahun 1990-an. Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan,sampai kini masaqlah pendidikan tampaknya belum dapat dipecahkan. Keluhan rendahnya mutu lulusan masih terus bergema. Lulusan semua jenjang pendidikan khsusnya SMU belum mampu bernalar dan berfikir kritis, serta masih sangat tergantung kepada guru (D. Nielson, dkk, 1996: Nasution, 1997:12). Kemampuan siswa untuk mandiri belum terwujud sehingga prakarsa siswa untuk memulai sesuatu tergolong rendah. Penguasaan siswa lebih terfokus pada pengetahuan factual karena itulah yang dituntut dalam ujian sekolah. Rendahnya NEM (Nilai Ebtanas Murni) tahun 1998/1999, 2002/2003 dan 2003/2004 dan bahkan 0% tingkat kelulusan yang diberitakan dari berbagai media masih juga merupakan indicator mutu pendidikan yang belum sesuai dengan harapan (Kompas, 3 juli 2005).
                    Pangkal penyebab semua ini sangat banyak, tetapi tudingan utama banyak ditujukan pada guru karena gurulah yang merupakan ujung tombak dilapangan yang berinteraksi langsung dengan siswa secara terprogram  (Wardani, 1999:10).oleh karena itu, tepat kiranya jika dikatakan bahwa keberhasilan proses pendidikan disekolah yang harus bertanggungjawab adalah guru. Guru tidak hanya mentransfer pengetahuan pada siswa untuk ikut aktif dalam mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya dan membiasakan dalam meperkaya pengetahuan sendiri.
Masalah rendahnya prestasib belajar siswa adalah sesuatu hal yang bersifat kompleks dan tidak dapat dipisahkan dengan proses  belajar-mengajar  juga tidak dapat  terlepas dari berbagai factor yang mempengaruhinya, baik sifatnya dari dalam siswa itu sendiri maupun factor yang berasal dari luar siswa. Mata pelajaran pengetahuan di SLTP walaupun tidak terlalu menakutkan  bagi diri siswa dibandingkan pelajaran bahasa inggris dan matematika prestasi belajar siswa belum pemperlihatkan hasil yang maksimal dan memuaskan (Drost, 1998:21).
                 Kenyataan ini diduga disebabkan oleh pendekatan dan metode pengajaran yang ditetarkan selama ini masih bersifat konfensional, dimana system penyampeanya lebih banyak di dominasi oleh guru dengan gaya mengajar yang cenderung bersifat teoritis dan komonikasi satu arah. Guru kurang memberi kebebasankepada siswa untuk mengungkapkan ide, menarapkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan kreatifitasnya sehinga siswa masih cenderung pasif dan takut mengungkapkan gagasannya.
                   Berdasarkan hasil opservasi awal penelitian diperoleh  sebaran data tentang target kurikulum(TK) dan tingkat daya serap (DS) siswa kelas 2 tahun 2006 di SMP Negri 3 pondidaha. Pendidikan agama TK 100 dan DS 66, PPKn TK 98 dengan DS 70, Bahasa Indonesia TK 100 dan DS 65, Matematika TK 97 dan DS 66, IPA TK 100 dan DS 64 , IPS TK 96, dan DS 65, Kertakes TK 96, dan DS 74, penjaskes TK 97 dan DS 69, Bahasa inggeris TK 97, dan DS 62, Mulok TK 100 dan DS 73, (Sumber : Kantor SMP Negeri 3 pondidaha, 2006).
           Fakta ini menunjukan bahwa target pencapaian kurikulum belum sebanding dengan daya serap siswa. Artinya penerapan kurikulum berbasis kopetensi belum mampu mencapai target yang di harapkan. Kenyataan ini perlu mendapat perhatian giru bidang studi agar sentiasa mengembanglan kemampuan, dalam mengelola proses belajar-mengajar untuk meningktkan prestasi belajar dimasa yang akan datang sehingga tujuan mata pelajaran ini dapat tercapai.
             Atas dasar uraian dan permasalahan diatas, maka penulus tertarik untuk menelaah lebih lanjut tentang penerapan model pembelajaran Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK) di SMP Negeri 3 pondidaha dalam meningkatkan pencapaian tujuan mata pelajaran.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengrtian Kurikulum Berbasis Kompetensi(KBK)
                               Kirikulum Berbasis kompetensi (KBK) diilhami dari kata kompetensi. Menurut           Nurhadi (2003:80) dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah: 1) kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks ; 2) kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi  kompeten; 3) kompeten merupakan hasil belajar yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran.
                     Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki siswa dan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran memiliki peran penting harus menentukan arah  pembelajaran. Kompetensi yang jalas akan memberikan petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta member petunjuk terhadap penilaian. Oleh karena itu setiap kompetensi harus merupakan peroaduan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang didefenisikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (jalan, 2001: 76).
               Kompetensi yang dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar dan tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai criteria pencapaian secara eksplisit, dikembengkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja didik dengan bukti penguasaan mereka terhadap suatu kompetensi sabagai hasil belajar.
               Menurut Gordon (1988) dalam Mulayasa (2004:77) beberapa aspek yang       terkandung dalam konsep kompetensi adalah sebagai berikut:                                Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam bidang kognitif;
1.      Pemahaman (understanding), yaitu kedalam kognitif dan akfektif yang dimiliki oleh indifidu;
2.      Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan individu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya;
3.      Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara phisikologis telah menyatu dalam diri seseorang;
4.      Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar ; dan
5.      Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
Dalam rumusan Depdiknas (2003) dikemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah pengembangn kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan pola piker serta bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari apa yang dipelajari siswa (Rosyada, 2004: 48).
                 Muliasa (2002: 39) mengemukakan bahwa kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas (kompetensi dengan standar performansi tertentu), sehingga hasilnya akan dirasakan oleh peserta didik, berupa p[enguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu, KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan dan keberhasilan dangan penuh tanggung jawab.
             Sanjaya (2005: 11) mengemukakan KBK sabagai sebuah kurikulum memiliki tiga karateristik utama yaitu: (1) KBK meuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, (2) implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman dangan mamperhatikan keberagaman setiap materi pembelajaran , (3) evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi proises dan hasil belajar.
                   Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum yang menekankan pada penguasaan kompetensi dangan standar performansi tertentu untuk mengembanmgkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketetapan dan keberhasilan
2.       Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
                Nurhadi (2003:99) menyatakan bahwa Kurikulum Berbasis Kompetensi   memeliki karateristik sebagai berikut :
1.      Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan pada usaha pencapaian kompetensi siswa, bukan hanya menguasai matari pelajaran.
2.      Kurikulum dapat dikembangkan dan dieperdalam dan disesuikan dengan potensi siswa.
3.      Kurikulum Berbasis Kompetensi memusatkan pada siswa.
4.      Berorientasi pada proses belajar mengajar dan output.
5.      Pendekatan dan metode yang digunakan adalah berfariasi dan kontekstual.
6.      Guru bukan hanya menjadi sumber pengetahuan, siswa dapat belajar dari berbagai sumber.
7.      Teks book bukan hanya menjadi sumber belajar.
8.      Pendidikan seumur hidup terdiri dari :
a.       belajar bagaimana mengetahui
b.      belajar bagaimana menjadi
c.       belajar bagaimana berbuat
d.      belajar bagaimana hidup bersama
Selanjutnya, dalam penyusunan silabus pembelajaran, sanjaya (2005:26) mengemukakan komponen-komponen yang adadalam silabus adalah:
1.      kompetensi dasar, sebagai patokan oleh guru dalam mengelola pembelajaran
2.      hasil belajar, merupakan gambaran kemauan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam kompetensi dasar
3.      indicator, merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik
4.      langkah pembelajaran, memuat rangkayan kegiatan yang harus dilakukan guru secara berurutan untuk mencapai target yang harus dicapai
5.      Alokasi waktu, untuk mempelajari suatu materi pelajaran
6.      Sarana dan sumber belajar
Penilaian, merupakan serangkaian kegiatan untuk mempeoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.

3. Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
                 Kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan disekolah masing-masing. Salah satu unsure penting dalam menerapkan KBK sangat tergantung pada pemahaman guru untuk menarapkan strategis pembelsjaran kontekstual didalam kelas. Akan tetapi, fenomena yang ada menunjukan sedikitnya pemahaman guru mengenai strategi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kontekstual yang mudah dipahami dan mudah diterapkan dikelas secara sederhana.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, guru dapat menggunakan strategi pelajaran kontekstual dengan memperhatikan beberapa hal,menurut Nurhadi (2003) antara lain:
1.      Pembelajaran berbasis masalah
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, siswa lebih dahulu diminta untuk berovserfasi suatu fenomena terlebihdahulu. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berfikir kritis untuk memecahkan suatu masalah.
2.      Manfaat siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru member penguasaan yang dapat dilakukan diberbagai konteks lingkungan siswa antara lain di sekolah, keluarga dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas.
3.      Memberi aktifitas kelompok
Aktifitas kelompok secara dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan intektual untuk berhubungan dengan orang lain. Maka guru dapat menyusun kelompok yang terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesilitan penugasan.

4.      Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Saiahsatu inti pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah sekolah dibebaskan untuk mengembangkan kurikulum, namun tetap berpedoman pada kurikulum standar yang disusun oleh Depdiknas.
Menurut Mulyasa (2002:95) garis besar penerapan kurikulu berbasis kompetensi mencakup dua kegiatan pokok, yaitu: pengwnbangan program, dan pelaksanaan pembeljaran,
1.      Perencanaan Pembelajaran
Ppengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) MENCAKUP Pencakup program tahunan, program semester, program modul(pokok bahasan), program mingguan dan tahunan.
a.       Program tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setip kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajar.
b.      Program semester program ini berisikan garis-garis mengenai hal-hal                    yang hendak dilaksanakan dan ingin dicapai dalam semester tersebut.
c.       Program modul
Program ini atau pokok bahasan pada umunya dikembangkan disetiap kompetensi dan pokok bahasan yang akan disampaikan.
d.      Program mingguan dan harian
Program ini merupakan penjabaran dari program semester dan program modul. Melelui program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan yang perlu diulang bagi setiap peserta didik.
e.       Program pengayaan remedial
Program ini merupakan pelengkap dari program mingguan dan harian. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan beljar, dan terhadap tugas-tugas modul, hasil tes dapat di peroleh tingkat kemampuan belajar setiap peserta didik.

2.      Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kea rah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali factor yang mempengaruhi, baik factor internal yang datang dari individu, maupun factor eksternal yang datang dari lingkungan.

Menurut mulyasa (2004) dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai berikut.
a.       Kegiatan awal atau pembukaan
Kegiataan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi mencakup pembinaan keakrabaan dan pre tes (tes awal). Tahap pembinaan keakraban bertujuan untuk mengkondisikan para peserta didik siap melakukan kegiatan belajar.
b.      Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi
Kegiatan ini antara lain mencakup penyampaian informasi tentang bahan belajar, membahas materi standar untuk memperoleh kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan masalah yang di hadapi bersama.
c.       Kegiatan akhir atau penutup
Pada umumnya pembelajaran akhir dengan post test, sama dengan pre tes, post tes juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam mengukur keberhasilan pembelajaran.
3.     Evaluasi Hasil Belajar
                    Ealuasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan nilai kelas, tes kamampuan dasar, penilayan akhir suatu pendidikan,sertifikasi dan penilaian program.
a.       Penilayan kelas
Penilayan kelas dilakuikan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam bahasan dan kompetensi tertentu, ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester.
b.      Tes Kemampuan Dasar
                      Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan menghitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial). Tes kemampuan dilakukan minimal sekali dalam setahun.
c.       Penilayan akhir suatu pendidikan dan sertifikasi
         Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran dilakukan kegiatan penilayan guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan peserta didik dalam suatu waktu tertentu.
                                                                                            
C.    METODE PENELITIAN

1.    Lokasi Penelitian
                      Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negri  3 pondidaha kab. Konawe. Pada sekolah sasaran penelitian telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sejak tahun 2004. Atas dasar ini, penelitian memandang layak untuk meneliti penerapan kurikulum bebasis kompentensi. Adapun waktu penelitian dimulai pada tanggal 22 februari 2006 sampai dengan 16 mei 2006.

2.      Metode penelitian
Metode penilitaan ini deskriptif kualitatif, yakni penelitian mendeskripsikan atau menggambarkan hasil penelitian mengenai penerapan kurikulum berbasis kompetensi pada SMP Negri 3 pondidaha kab. Konawe.

3.              Variable penelitian
Variable penelitian adlah variable tunggal, yakni penerapan pengelolaan pengajaran kurikulum berbasis kompetensi.
1.      Definisi konsep
Penerapan pengelolaan pengajaran kurikulum berbasis kompetensi adalah proses penerapan, ide,konsep dan kebijakankurikulum dalam suatu aktifitas pembelajaran sehingga siswa menguasai seperangkat kompetensi tertentu.

2.      Definisi oprasional
Penerapan pengelolaan pengajaran kurikulumberbasis kompetensi yang kegiatan pembelajaran guru dalam mengelola proses  belajar mengajar yang terdiri atas : pengembangan program pengajaran, pelaksanaan pembelajaraan, dan evakuasi hasil belajar.

4.        Populasi dan sampel                                                                                            
Adapu populasi dan sampel sebanyak 26 orang guru mata pelajaran pada SMP Negeri 3 pomdidaha. Karena jumlah populasi yang relatif sedikit maka keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian (sampel total).



5.      penelitian Istrumen
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang disusun oleh peneliti yang dikonsultasikan dengan dosen pembimbing .angket terdiri dari 3 dimensi yaitu: pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
6.      Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik ini digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini dimulai:
1.      Observasi, yakni mengamati program pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar siswa SMP Negeri 3 pondidaha dalam kaitanya penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Untuk keperluan itu, maka penelitimenyiapkan lembar observasi yang dipegang sendiri pada saat melakukan pengamatan.
2.      Angket, yaitu peneliti menyebarkan angket kepada responden yang berisi seumlah pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.
3.      Wawancara, dilakukan secara langsung dalam bentuk Tanya jawab kepada wakil kepala sekolah urusan kurikulum, dan guru mata pelajaran untuk melengkapi data-data penelitian.
4.      Dokumentasi, dengaqn mengambil data-data berupa:Satuan acara pembelajaran  (SAP) laporan kemajuan siswa, keputusan –keputusan tertulis, notulen sekolah , bulletin atau sumber-sumber tertulis lainya.

7.      Tehnik Analisis Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif , yaitu menjelaskan ,menguraikan serta menjabarkan hasil-hasil penelitian secara kualitatif.

D.    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.      Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a.       Sejarah Singkat
SMP Negeri 3 pendidikan berdiri tahun 1988 berdasarkan SK Nomor : 05/D/1988.         Sekolah ini terletak di Desa Puday Kecamatan Wonggeduku Kabupaten Konawe. Jenjang     akreditasi Tipe C, NNS/NSM/NDS : 204 200 109 049. Gedung sekoplah berdiri di atas tanah dengan luas 12.787 . Kepemilikan tanah sekolah ini berstatus hibah dari masyarakat setempat. Selanjutnya memperoleh izin bangunan pada tahun 2001 dengan nomor 642/23/IMB/2001 tanggal 3 Desember 2001.
Pada awal pendiriannya sekolah ini diberi nama SLTP Negeri 2 Pondidaha. Namun dengan dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan Nomor 034/0/1997, sekolah ini berubah nama dari SLTP Negeri 3 Pondidaha menjadi SMP Negeri 3 Pondidaha.
Sejak berdirinya, SMP Negeri 3 Pondidaha telah terjadi 5 kali peralihan kepemimpinan. Adapun nama-nama kepala sekolah dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Drs. Maman Sumanta, tahun 1993
2) Tanda, tahun 1993 sampai dengan Maret 1996
3) M. Zaid Lamada, BA, April 1996 sampai dengan September 1996
4) H. Basamoa Mangidi mulai Oktober 1996 sampai dengan 15 Maret 2006
5) Rustam Jaya, mulai 16 Maret 2006 hingga sekarang
1.      Keadaan Pegawai
Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dibutuhkan tenaga personil sekolah yang memadai. Pegawai memegang peranan sangat penting, karena unsure personil atau pegawai adalah merupakan pelaku dan pengelola utama segenap rencana kerja sekolah organisasi akan dilaksanakan.
Sesuai hasil penelitian jumlah pegawai yang bekerja di SMP Negeri 3 Pondidaha adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Keadaan Guru SMP Negeri 3 Pondidaha pada Tahun 2006
No
Status Pekerjaan
Jumlah
1
2
3
Guru tetap (PNS)
Guru Bantu
Guru Honorer (GTT)
17
4
5

Jumlah
26
Sumber data :Kantor SMP Negeri 3 Pondidaha, 2006
Data tabel di atas, Nampak bahwa dari 26 orang guru bantu, dan 5 orang guru Honorer. Adapun nama-nama guru mata pelajaran pada SMP Negeri 3 Pondidaha adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Nama-nama Guru SMP Negeri 3 Pondidaha pada Tahun 2006
No
Nama
Jabatan/Guru Mapel
Keterangan
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

25
26
Rustam Djaya, A.Md

Djaenuddin, A.MPd
Ndee
Nadia A.
Mesran Hidayat
Derang Hade
Saholaa, S.Pd
Achlan, S.Pd
Asra, S.Pd, M.Pd
Bonefasius Jalang, S.Pd
Ernawati. S.Pd, M.Pd
Sumarlan
Margas Balangkap
Slamet, S.Pd
Dra. Nurtia
Armah, SS
Suhardi
Dewiyanti, S.Pd
Jumadin
Saidal Rasyid, S.Pd
Firman Tulungi, S.Pd
Erniwati, S.Pd
Suharmin
Ngadium, S.Ag

Muh. Syahrul
Juniadin, S.Pd
Kepala Sekolah

Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Ekonomi/\Geografi
Biologi
Ekonomi
PPKn
Fisika
Matematika
Biologi

Bahasa Indonesia
PPKn
Bahasa Indonesia
Matematika
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
Penjas
Sejarah
KTK
Biologi
Fisika
Sejarah/Geografi
Bahasa Inggris
Pend. Agama Islam
Komputer
PPKn




GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT
GT

GT
GT
GT
GT
GT
GB
GT
GTT
GT
GTT
GB
GTT
GB
GB
GTT
GTT
Sumber data : Kantor SMP Negeri 3 Pondidaha, 2006
Selanjutnya, keadaan tenaga administrasi SMP Negeri 3 Pondidaha Tahun 2006 berjumlah 6, dengan nama-nama sebagai berikut.

Tabel 3. Nama-nama Tata Usaha SMP Negeri 3 Pondidaha, Tahun 2006
No
Nama
Jabatan
Keterangan
1

2
3
4
5
6
Mustaring

Ahmad
Idawati
Abd. Hapid
Tira
Mariamah
Kepala Tata Usaha
Staf TU
Staf TU
Staf TU
Staf TU
Staf TU



2.      Data Kelulusan EBTA/EBTANAS SMP 3 Pontidaha
Data kelulusan siswa SMP Negeri 3 Pontidaha dalam 5 tahun pelajaran terakhir cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari data perkembangan kelulusan siswa dalam menghadapi ujian akhir nasional melalui EBTA/EBTANAS seperti berikut.

Tabel 4. Data Perkembangan Kelulusan Siswa SMP Negeri 3 Pondidaha
Tahun Pelajaran
Peserta Ujian
L
P
J
Lulus
L
P
J
%


Tidak Lulus
L
P
J
%
1988/1989
46      45      91
39   38  77  84,62
7      7      14  15,38
1989/1990
41       46     87
15   13  28   32,18
26    33    59  67,82
1990/1991
46       56   102
37   38  75   73,53
9      18    27   27,47
1991/1992
52       64   116
44   52   96  82, 76
8      12    20   17,24
1992/1993
38       53    91
34   50   84    92,31
4       3       7   7,69
1993/1994
30       66     96
30   62   92   95,83
-          4       4    4,17
1994/1995
51       67   118
48    66   114  96,61
3        1       4   3,39
1995/1996
65      63    128
58    63   121  94,53
7        -        7  5,47
1996/1997
68      62    130
65    61    126  96,92
3        1       4   3,08
1997/1998
68     170  138
68    65    133  96,38
-          5       5  3,62
1998/1999
58      77   135
58    74    132   97,78
-          3       3  2,22
1999/2000
75      74   149
69    72    141  94,63
6        2       8   5,37
2000/2001
86      86    172
83    86    169  98,26
1        2       3   1,74
2001/2002
69      74    143
69    74    143  100,00
-          -        -   0.0
2002/2003
83      84    167
83    84    167   100,00
-          -        -  0,0
2003/2004
84      71    155
83    70    153   98,71
1         1       2  1,29
Sumber data : Kantor SMP Negeri 3 Pondidaha, 2006
Berdasarkan data tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kelulusan siswa SMP Negeri 3 Pontidaha terus mengalami kemajuan. Data menunjukan bahwa dari tahun pelajaran 1988/1989 hingga tahun pelajaran 2003/2004 SMP Negeri 3 Pontidaha telah 2 kali mencapai tingkat kelulusan 100% yakni pada tahun pelajaran 2001/2002 dan tahun 2002/2003. Artinya semua siswa berhasil menyelesaikan studinya dengan baik.
Prestasi yang sangat merosoti terjadi pada tahun pelajaran 1989/1990 yakni dengan tingkat kelulusan 67,82% artinya peserta didik yang tidak lulus sangat dominan dibandingkan dengan peserta dengan peserta didik yang lulus sebesar 32,28%. Pada tahun pelajaran 1990/1991 tingkat keberhasilan siswa mengalami kemajuan walaupun dilihat dari tingkat prestasi ketidaklulusan secara kuantitatif masih relative tinggi yakni 17,24%. Pada perkembangan selanjutnya terus mengalami peningkatan prestasi kelulusan hingga mencapai tingkat kelulusan 100%.
3.      Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
SMP Negeri 3 Pontidaha jika dilihat dari fasilitas sarana dan prasarana sekolah belum memadai. Sejumlah fasilitas prasarana belajar seperti gedung laboratorium IPA dan perpustakaan belum berfungsi maksimal.
Di samping itu, SMP Negeri 3 Pontidaha dalam upaya mengembangkan bakat olahraga siswa juga memiliki sejumlah fasilitas olahraga. Adapun fasilitas olahraga dimaksud adalah 1  lapangan bola voli, 1 lapangan bulu tangkis, 1 lapangan takraw, dan 1 lapangan tenis meja. Untuk lebih jelasnya keadaan fasilitas belajar siswa dapat diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Negeri 3  Pontidaha
Jenis Fasilitas
Jumlah Lokal
Keadaan Bangunan
Pemanfaatan
Ruang Belajar
6 ruang
Baik
Optimal
Ruang Kantor
1 ruang
Baik
Optimal
Ruang Dewan Guru
1 ruang
Baik
Optimal
Laboratorium IPA
1 ruang
Baik
Kurang Optimal
Perpustakan
1 ruang
Baik
Kurang Optimal
Sumber data : Observasi, 2006
Berdasarkan data pengamanan diatas dapat diketahui bahwa fasilitas belajar. Kantor dan ruang dan ruang dewan guru, dilihat dari keadaan maupun dari aspek pemanfaatan masih berfungsi dengan baik. Namun fasilitas lain belum digunakan secara optimal.
Laboratorium belum dilengkapi dengan alat-alat yang memadai sehingga pemanfaatannya belum optimal. Demikian pula fasilitas perpustakaan belum dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan fungsinya. Disamping keterbatasan buku-buku bacaan juga tidak memiliki staf perpustakaan.
A.    Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 3 Pontidaha
Pelaksanaan pembelajaran merupakan salah satu unsure penting dalam proses belajar mengajar, selain unsure perencanaan, dan evaluasi. Oleh karena penelitian ini hanya difouskan pada pelaksanan pengajaran yang berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), maka factor-faktor yang diamati adalah kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan guru, dan respon siswa atas pembelajaran tersebut. Sesuai dengan kurikulum  Kompetensi (KBK), tahap-tahap pelaksanaan pengajaran adalah : pengembangan program pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Deskripsi atas tahap-tahap pembelajaran tersebut adalah sebagai beikut.
1.      Pengembangan Program Pembelajaran
Pengembangan program merupakan perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru sebagai pedoman dalam menyajikan materi pembelajaran di dalam kelas pada setiap pertemuan. Pengembangan program pembelajaran guru SMP Negeri 3 Pontidaha adalah sebagai berikut.

Tabel 6. Pengembangan Program Pembelajaran Guru SMP Negeri 3 Pontidaha

No
Kegiatan Guru
Jumlah
(%)
1
2

3

4



5
Membuat silabus
Membuat program tahunan
Membuat program semester
Membuat program mingguan/harian (RP)
Membuat program pengayaan/remedial
26
26

26

26



26
100
100

100

100



76,92

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, pengembangn program pembelajaran memuat rumusan kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indicator hasil belajar, penilaian berbasis kelas, dan prosedur pembelajaran. Pengembangn program pembelajaran terdiri atas : pembuatan silabus, pembuatan program tahunan, pembuatan program semester, program mingguan dan harian, serta program pengayaan dan remedial. Oleh sebab itu, pengembangn pembelajaran merupakan hal yang esensial karena akan menentukan arah dan makna dari kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha telah menyusun silabus dal;am rangka program pembelajaran. Hal ini telah sesuai dengan rambu-rambu yang telah digariskan oleh krikulum berbasis kompetensi (KBK)
Untuk pembuatan program tahunan, keseluruhan guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha telah membuatnya. Demikian pula halnya dengan program semester. Namun untuk program mingguan/harian (RP) hanya 22 orang (91,67%) yang membuatnya. Dari hasil observasi, guru yang sering menyusun rencana pembelajaran (RP), telah menyajikan indikator-indikator, tujuan, media, scenario pembelajaran, dan penilaian. Hal ini ternyata selaras pula dengan silabus yang telah disusun untuk satu semester, dimana dalam silabus tersebut memuat : kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, tema, strategi, media, penilaian, dan alokasi waktu. Selanjutnya pada guru telah menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan disajukan dalam silabus.
Hasil wawancara dengan guru bidang studi menunjukan bahwa pengembangan program pengajaran sangat membantu dalam menyajikan materi pelajaran, karena guru mempunyai persiapan mengajar yang memadai dan menyiapkan media yang dibutuhkan. Guru mata pelajaran telah mempunyai perencanaan mengenai arah dan tujuan yang dicapai siswa setelah kegiatan pembelajaran (Wawan cara dengan Nadia, guru ekonomi, Mei 2006).
Sejalan dengan pernyataan diatas, Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum SMP Negeri 3 Pontidaha menyatakan bahwa pengembangan program pembelajaran akan memberikan rambu-rambu kepada setiap guru agar kegiatan pembelajaran lebih terstruktur, terencana dan efektif. Selain itu, Wakil Kepala Sekolah menyatakan pula bahwa penyusunan program dilakukan pada awal semester. Silabus disusun secara kelompok oleh masing-masing guru mata pelajaran, dengan harapan agar terdapat kesamaan visi di antara mereka. Selanjutnya, Kepala Sekolah melalui Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum mensupervisi silabus tersebut sehingga benar-benar layak dijadikan sebagai pedoman mengajar (Wawancara dengan Djaenuddin, Wakasek, Mei 20006).
Untuk program pengayaan, terdapat 20 orang guru (76,92%) yang menyusunnya, dan 6 orang (76,9%) yang tidak menyusunnya. Bagi yang menyusun program pengayaan menunjukan bahwa ada inisiatif guru untuk mengatasi masalah belajar siswa yang belum tuntas pada tatap muka sebelumnya, meskipun tidak merata untuk keseluruhan mata pelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum bahwa program pengayaan umumnya diberikan pada siswa yang mengalami masalah belajar pada mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia, sedangkan untuk mata pelajaran lainnya belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang dimiliki (Wawancara dengan Djaenuddin, Wakasek, Mei, 2006).
Bagi guru yang tidak menyusun program pengayaan mengatakan bahwa mereka belum bias memprediksi ketuntasan belajar siswa. Jika dari hasil ulangan harian dan ulangan semester masih terdapat yang tidak tuntas maka dilakukan remedial dan disesuaikan dengan waktu yang ada (Wawancara dengan Dewiyanti, guru sejarah,Mei,2006).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa guru SMP Negeri 3 Pontidaha telah mengembangkan program pembelajaran yang selaras dengan ketentuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
2.      Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling adalah mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang terjadinya perubahan prilaku pada peserta didik. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran disajikan pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Pelaksanaan Pembelajaran Guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha
No
Kegiatan Guru
Jumlah
(%)
1
2
3
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
22
26

18
76,92
100

69,23

Pelaksikan peranaan pembelajaran mencakup 3 hal yakni: kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan guru mata pelajaran melakukan kegiatan inti pembelajaran, sedangkan yang mel;akukan kegiatan awal hanya 22 orang guru (76,92%), dan kegiatan penutup 18 orang (69,23%). Menurut guru bidang studi mereka sering tidak melaksanakan kegiatan awal pembelajaran disebabkan karena waktu yang terbatas. Biasanya dari interaksi diberikan penjelasan singkat tapi kalau hal itu dilakukan kadangkala mengganggu waktu pelajaran yang lain. Demikian pula dengan kegiatan penutup, misalnya pemberian kuis atau evaluasi (Wawancara dengan Asra, guru Matematika, Mei, 2006).
Penjelasan terhadap ketiga proses pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Kegiatan awal
Kegiatan awal dilakukan guru dalam rangka menelusuri pengetahuan siswa terhadap materi pelajaran yang lalu dan motivasi siswa untuk mengetahui berbagai hal baru kaitannya dengan pembelajaran yang akan disajikan. Berdasarkan hasil penelitian, deskripsi kegiatan awal guru mata pelajaran untuk setiap tatap muka adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Kegiatan Awal Guru Mata Pelajaran Setiap Tatap Muka
No
Kegiatan guru
Jumlah
(%)
1

2

3
Pembinaan Keakraban
Pemberian pre tes (tes awal)
Menggerakan siswa untuk mengetahui hal baru
20

23

19
76,92

88,46

73,08

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa 20 orang (76,92%) guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha sering melakukan pembinaan keakraban pada kegiatan awal pembelajaran. Dalam hal ini siswa memancing antusiasisme dan menghilangkan ketegangan-ketegangan yang dirasakan oleh siswa 9Wawancara dengan Achlan, guru Matematika, Mei,2006). Meskipun demikian, masih terdapat 6 oarang guru (23,08%) yang tidak melakukan kegiatan pembinaan keakraban dalam memulai pembelajaran. Menurut salah seorang guru mengatakan interaksi guru dan siswa sudah sering akrab baik di dalam maupun di luar kelas sehingga tidak perlu lagi melakukan kegiatan tersebut karena sifatnya terkesan membuang waktu saja. (Wawancara dengan Nurtia, guru Bahasa Indonesia, Mei, 2006).
23 oarang (88,46%) guru sering melakukan kegiatan pre tes dalam memulai proses pembelajaran, dengan waktu yang digunakan sekitar 5 – 8 menit. Proses ini dimulai dengan guru memberikan sejumlah pertanyaan kepada siswa mengenai pelajaran sebelumnya, dan mengingatkan kembali inti pelajaran yang telah dipelajari. Kegiatan guru yang demikian selaras dengan pendapat Sudjana (1995:78) bahwa mengadakan Tanya jawab tentang materi sebelumnya mempunyai arti penting. Dalam kegiatan Tanya jawab itu, siswa akan mengigat kembali pelajaran yang telah dipelajari, dal hal tersebut sangat berguna untuk kelancaran proses belajar siswa kkarena materi pelajaran pada setiap pokok bahasan mempunyai keterkaitan. Hal ini Nampak pula pada waktu observasi dimana jarang melakukan umpan balik atas pelajaran sebelumnya, namun langsung mengajarkan topic baru.
Menurut guru bidang studi bahwa kegiatan pre tes tersebut sangat penting dilakukan dalam rangka menyegarkan kembali ingatan siswa akan materi yang dipelajari. Disamping itu, melalui kegiatan ini guru memotivasi siswa agar senantiasa menerapkan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari (Wawancara dengan Masran Hidayat, guru Biologi, Mei, 2006).
Walaupun guru beranggapan bahwa kegiatan pre tes penting un yang untuk dilakukan namun masih terdapat 3 orang (11,54%) yang tidak melaksanakannya, umumnya yang beranggapan demikian adalah guru pendidikan jasmani dan kertakes dimana mereka lebih banyak dilakukan diluar kelas.

Meskipin guru umumnya melakukan kegiatan pre tes namun dalam hal menggerakan siswa untuk tertarik mengetahui hal-hal yang baru, masih kurang dilakukan. Dalam artian bahwa proses pembelajaran guru masih belum mampu mengantarkan siswa agar termotivasi dalam mengetahui sesuatu yang baru. Hal ini terlihat dari reaksi siswa atas pertanyaan guru nampaknya masih kurang, dimana belum tepatnya jawaban siswa atas pertanyaaan yang diberikan, bahkan masih ada siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru mengenai materi pelajaran sebelumnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa hanya sekitar 19 orang (73,08%) guru yang berupaya menggerakan siswa untuk mengetahui hal yang baru pada setiap pembelajaran, sedangkan 7 orang (22,92%) lainnya jarang melakukannya. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran terungkap bahwa jarang melakukan hal tersebut dikarenakan kurangnya wawasan siswa untuk menjawab pertanyaan guru yang sifatnya pengetahuan umum. Keadaan ini membuat guru merasa jenuh karena tidak adanya umpan balik dari siswa, sehingga untuk pelajaran berikutnya guru langsung masuk ke materi inti (Wawancara dengan Saholaa, guru PPKn, Mei, 2006).

b.      Proses Pembelajaran (kegiatan inti)
Kegiatan pembelajaran dapat dilihat dari segi proses belajar, yakni bagaiman tujuan belajar dapat direalisasikan. Dalam hal ini, guru mengarahkan pembelajaran agar siswa memperoleh informasi baru yang berguna bagi kehidupannya. Oleh sebab itu, penguasaan metode mengajar dan tehnik penyajian pelajaran oleh guru sangat penting dalam menuntut siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Dalam proses ini, pembelajaran yang efektif dan bermakna sangat diharapkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Bagian utama dalam pembelajaran yang efektif adalah sebagai berikut.

         Tabel 9. Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran
No
Kegiatan baru
Jumlah
(%)
1

2



3
Memperkenalkan materi pelajaran
Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
Menaggapi aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
26

26



21
100

100



80,77

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa umumnya guru SMP Negeri 3 Pontidaha memperkenalkan materi standard an kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa. Menurut guru bidang studi bahwa tujuan instruksional sebagai ukuran kompetensi yang hendak dicapai terlebih dahulu disampaikan ole guru pada awal proses belajar mengajar. Guru menjelaskan secara umum ruang lingkup materi selama satu cawu pelajaran. Tujuannya adalah agar siswa mengetahui materi dan sumber acuan yang digunakan.
Berdasarkan uraian diatas, Nampak bahwa guru telah melakukan langkah-langkah yang kongkrit guna menunjang proses belajar mengajar di sekolah. Pemusatan perhatian siswa pada pembelajaran sangat menentukan keberhasilannya untuk memahami materi pelajaran dengan baik. Pemberian informasi tentang tujuan instruksional oleh guru kepada siswa dapat membantu siswa dalam memilih sumber belajar dan dapat lebih terarah/terfokus pada kompetensi yang hendak dicapai.
Pada kegiatan menuliskan dan memperkenalkan kompetensi dasar, guru sering melakukannya. Menurut guru bidang studi, penyampaian kompetensi dasar dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa memfokuskan terhadap materi yang diberikan sehingga diperoleh pemahaman baru atas kegiatan belajar (Wawancara dengan Asra, guru Matematika, Mei, 2006).
Pada kegiatan menyajikan materi guru selalu menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran berdasarkan indicator yang ditetapkan. Penjelasan tersebut pada umumnya disertai dengan contoh dan ilustrasi, serta dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
Konsolidasi pembelajaran merupakan tahap penting untuk mengaktifkan siswa dalam pembentukan kompetensi. Pada tahap ini guru mengkondisikan pemahaman siswa dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Indicator yang dirumuskan dalam kegiatan ini adalah : melibatkan siswa secara aktif dalam proses pemecahan masalah, mengaitkan materi pelajaran dengan berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat, merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran dan kaitannya dengan lingkungan sekitar, dan menggunakan respond an pertanyaan siswa untuk menuntun dalam memahami pembelajaran.
Berdasarkan tabel 9 guru menyatakan bahwa mereka selalu melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan menunjukan bahwa siswa dalam menerima pelajaran pasif. Ini sebagai dampak dari cara pendistribusian informasi tentang materi belajar yang akan dibahas dalam kelas. Siswa hanya menunggu materi daroi guru, kreativitas dalam dirinya belum muncul walaupun guru member kesempatan untuk bertanya. Interaksi dalam kelas tidak berlangsung sebagaimana diharapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi. Hal ini disebabkan oleh karena siswa tidak memiliki pegangan materi dan kurangnya rangsangan bagi guru untuk membangkitkan perhatian dan minat baca siswa.
Guru-guru selalu merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran dan kaitannya dengan lingkungan sekitar. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa masih ada siswa yang jarang mengajukan pertanyaan dalam proses belajar mengajar. Gambaran ini memberikan isyarat bahwa masih terdapat siswa yang pasif dalam proses pembelajaran. Sebagaimana Nampak dari hasil observasi bahwa siswa kurang terlibat dalam pemecahan masalah. Bahkan siswa kurang antusias menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa pun jarang mengajukan pertanyaan kepada guru, sehingga guru nampaknya kesulitan dalam menanggapi respon dari guru.
Dari tabel 9 terlihat bahwa hanya 21 orang (80.77%) guru menanggapi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan 5 orang (19,23%) lainnya jarang menanggapi. Guru yang menanggapi aktivitas siswa ditunjukan dengan seringnya mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atau hal lain yang belum diketahuinya. Sedangkan guru yang jarang menanggapi, mengatakan bahwa kadangkala prilaku siswa didalam kelas kurang baik sehingga guru mengabaikan saja. Mereka sering mengajukan pertanyaan yang tidak masuk akal dan muncul kesan tidak serius dalam belajar (Wawancara dengan Syaidal Rasyid, guru Biologi, Mei, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat pula, siswa tidak dapat menyediakan bahan-bahan untuk belajar  dengan baik sehingga bahan ajar yang diperintahkan oleh guru untuk dibaca dan dipelajari belum terpenuhi. Guna membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya, guru SMP Negeri 3 Pontidaha harus kreatif untuk menyediakan bahan ajar. Siswa belum dapat diharapkan secara mandiri mencari bahan ajar seperti yang diarahkan oleh guru.
Pembentukan kompetensi, sikap dan prilaku merupakan tahapan pembelajaran yang menuntut siswa mempunyai sejumlah kemampuan setelah melaksanakan aktivitas belajar. Kemampuan tersebut akan tertanam dalam sikap dan prilaku yang pada akhirnya dapat diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa guru berupaya mendorong siswa untuk menerapkan konsep dan kompetensi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal proses pembelajaran guru selalu menggunakan conto-contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru sering memberikan pertanyaan kepada siswa yang ada kaitannya dengan lingkungan kehidupan sekitarnya.
Hasil wawancara dengan guru bidang studi ekonom bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan mengaitkan contoh-contoh nyata diharapkan dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam memahami materi pelajaran. Pemberian contoh melalui visualisasi terhadap obyek yang sering dijumpai atau mempraktekan secara langsung dapat memudahkan siswa membangun kompetensi, dan prilaku baru dalam kehidupan sehari-hari (Wawancara dengan Nadia, guru Ekonomi, Mei, 2006).
B.     Kegiatan Penutup
Kegiatan selanjutnya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah kegiatan penutup, yang mencakup penilaian hasil belajar (pos tes). Pos ets merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui dan memantau perubahan serta kemajuan siswa dalam pembelajaran yang diberikan. Penilaian yang dimaksudkan dilaksanakan selama proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran. Maju mundurnya siswa dapat dilihat dari proses penilaian guru melalui mata pelajaran yang di ajarkan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa guru kadang melaksanakan kegiatan pos tes, bahkan tidak pernah melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini selaras pula dengan hasil pengamatan bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak memberikan evaluasi akhir. Apakah dalam bentuk evaluasi tertulis pada akhir setiap mata pelajaran diberikan ataupun dalam tanya jawab antara guru dengan siswa guna mengecek apakah tujuan instruksional yang diajarkan sudah dikuasai oleh siswa atau belum.
Guru Pengetahuan Sosial pada SMP Negeri 3 Pontidaha sebaiknya sering memberikan ulangan pada setiap akhir pelajaran. Hasil dari ulangan ini harus dikembalikan kepada siswa sehingga anak-anak dalam belajar dapat mengetahui kemampuan dan posisinya dengan teman sekelasnya. Dengan cara ini, maka perhatian dan minat siswa untuk belajar akan meningkat.
3.      Penutup
Kegiatan terakhir dalam rangkaian proses pembelajaran adalah kegiatan penutup. Deskripsi atas kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 10. Kegiatan Penutup dalam Proses Pembelajaran
No
Kegiatan guru
Jumlah
(%)
1
2
3
Kesimpulan/rangkuman
Evaluasi
Penugasan
18
17
20
69,23
65,38
76,92

Dari tabel diatas terlihat bahwa 18 orang (69.23%) guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran. Menurut mereka mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman sangat penting karena siswa akan menulis inti sari pembelajaran yang memudahkan mereka mengingat pelajaran yang telah diberikan (Wawancara dengan Nadi, guru Ekonomi, Mei, 2006).
Selain itu, 8 orang (30,77%) mengatakan bahwa mereka jarang memberikan kesimpulan pada akhir pembelajaran. Menurut mereka keterbatasan waktu kadang menghambat untuk melaksanakan pembelajaran dengan ideal. Disamping itu, ada mata pelajaran yang agak susah diarahkan untuk disimpulkan karena harus dipelajari secara keseluruhan jika dipahami dengan baik, misalnya untukpelajaran hitungan (Wawancara dengan Asra, guru Matematika, Mei, 2006).
Untuk kegiatan evaluasi 17 orang (65,38%) guru yang selalu melaksanakannya karena disadari bahwa kegiatan evaluasi akan memberikan gambaran apakah program yang dilakukan selama ini layak diteruskan atau menggantinya dengan kegiatan lainnya yang lebih sesuai. Bentuk evaluasi yang dilaksanakan adalah ulangan harian. Menurut guru mata pelajaran, materi yang diberikan dalam ulangan tersebut adalah materi yang pernah diberikan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa, serta sebagai umpan balik atas metode belajar guru yang diberikan selama ini (Wawancara dengan Sumarlan, guru PPKn, Mei, 2006).
Sedangkan 9 orang (34,62%) guru jarang melaksanakan evaluasi karena merekla mengganggap bahwa pemberian tes tidak tiap kali pertemuan tetapi nanti pada akhir pokok bahasan. (Wawancara dengan Saholaa, guru PPKn, Mei, 2006).
Selanjutnya, 20 orang (76,92%) guru-guru SMP Negeri 3 Pontidaha memberikan tugas pada setiap akhir pembelajaran, dan 7 orang (23,08%) yang jarang melakukannya. Hasil wawancara dengan salah seorang guru menyatakan bahwa kegiatan tersebut jarang dilakukan karena keterbatasan waktu. Kalaupun ada tugas maka guru harus menyusunnya terlebih dahulu di rumah (Wawancara dengan Nadia, guru Ekonomi, Mei, 2006).
Berdasarkan uraian diatas, guru SMP Negeri 3 Pontidaha umumnya melaksanakan proses evaluasi terhadap pemahaman siswa atas pelajaran yang telah diberikan, dan dilakukan dalam bentuk ulangan harian. Hal ini telah sejalan dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi.






E.     KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan diatas, penulis dapat berkesimpulan bahwa :
1.      Pengembangan program pembelajaran guru-guru di SMP Negeri 3 Pontidaha selaras dengan rambu-rambu yang ditetapkan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
2.      Pelaksanaan pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 3 Pontidaha telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan guru menggerakan motivasi siswa, melibatkan siswa dalam setiap pembelajaran, dan mengaitkan indikator dasar dengan materi yang diajarkan.
3.      Evaluasi hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Pontidaha belum diterapkan dengan baik sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
2.      Saran
Berdasarkan uraian diatas,  penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.      Perlunya guru memberikan konsep-konsep materi pelajaran yang hendak diajarkan sebelum proses belajar mengajar dalam kelas berlangsung. Sehingga kompetensi yang diharapkan pada siswa dapat tercapai dengan baik.
2.      Guru perlu membuat kelompok-kelompok kecil dalam kelas guna membantu siswa dalam pemecahan masalah belajarnya secara mandiri.
3.      Guru perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan ataupun penataran tentang pengelolaan cara belajar Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
4.      Perlunya fasilitas sarana dan prasarana belajar ditingkatkan pengadaannya sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan baik

DAFTAR PUSTAKA

Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung. Genesindo.
Depdiknas, 2002, Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, Jakarta, Depdiknas.
Dimyati, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Drost, S.L, 1998, Sekolah Mengajar atau Mendidik, Yogyakarta, Kanisius.
Jalal, Fasli, 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta. Adi Cita.
Johnson, Elaine B. 2002. Contextuall Teaching and Learning : what is and why it’s here to say. United states of America : Corwin Press, Inc.
Ibrahim, M. 1997. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA, Univercsity Press.
Mulyasa. Enco. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : Rosda Karya.
. 2004. Implementasi kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : Rosda Karya.
Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : UM Press.
. 2004. Krikulum 2004. Jakarta. Grasindo.
Nielson. D, Somerset, A, Marhadi, R, 1998. Peningkatan Kompetensi Guru dan Belajar Siswa, Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan demokratis. Jakarta. Prenada Media.
Sanjaya, Wina. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Proses Pembelajaran. Bandung : Insan Grafika.
Slavin, R.E, 1995, Coperative learning, Massacutess, Asimon and Schuster Company.