IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MENDORONG IBU RUMAH BERDAGAN PAKAIAN BEKAS/ROMBENGAN
(Studi Kasus Tentang Ibu-ibu Pedagang Pakaian Bekas di Kel. Lipu Kec. Kulisusu Kab. Muna)
OLEH
KARMIDIN
A1A1 11 046
A. Pendahuluan
Pembinaan dan pengembangan perempuan merupakan penentu keberhasilan program pembangunan, dimana akhir-akhir ini biaya hidup masyarakat khususnya keluarga makin tinggi.
Tantangan ekonomi keluarga lebih banyak dirasakan oleh kaum ibu, karena kegiatan mereka secara langsung dihadapkan pada barang-barang konsumsi keluarga setiap hari. Membantu menigkatkan pendapatan keluarga, ibu-ibu rumah tangga di kelurahan Lipu melakukan berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan uang yaitu berdagang pakaian bekas. Pakaian diartikan sebagai barang yang lazim dipakai manusia untuk menutupi tubuhnya sedangkan bekas adalah benda/barang yang sudah dipakai oleh orang lain. Pengertian tersebut disimpulkan pakaian bekas adalah benda/barang yang dipakai oleh manusia untuk menutupi tubuhnya tetapi telah dipakai oleh orang lain. Pakaian bekas disebut barang loakan dan “rombengan” RB.
Usaha perdagangan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Lipu dengan jumlah responden 16 orang, berdagang pakaian bekas memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Berdagang pakaian ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Lipu tidak hanya didorong oleh keadaan ekonomi keluarga tetapi didorong beberapa faktor. Faktor ekonomi, kesenangan dan lingkungan masyarakat. Perlu adanya suatu penelitian khusus terperinci dan sistematis mengenai “IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MENDORONG IBU RUMAH TANGGA BERDAGANG PAKAIAN BEKAS (rombengan)” (Suatu studi kasus tentang ibu pedagang bekas/rombengan di Kelurahan Lipu, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Muna).
B. Pembahasan
a. Pengertian dan Peranan Ibu
Menurut Muchtar (1980 : 14) perempuan secara denotatif menunjukan pada pengertian kelompok sebagai lawan jenis dari laki-laki yang berfungsi sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang melahirkan anak atau menjadi ibu dari anak yang dilahirkan (mahluk biologis). Secara kodrati ibu dianggap sebagai “pemangku turunan”, sedangkan laki-laki dianggap sebagai “pangkal turunan”. Dalam hubungan ini menurut Notoputro (1984 : 57) kedudukan ibu di masa lampau sering dianggap sebagai :
· Teman hidup (garwo-sigarene nyowo)
· Kekasih (sayang)
· Ibu (pemangku turunan)
Ibu (wanita) mempunyai fungsi :
· Manak (beranak)
· Masak (memasak)
· Macak (bersolek, berdandan dan berhias)
Anggapan seperti ini tidak hanya dijumpai di Indonesia, namun di dunia baratpun ibu dianggap sebagai orang yang mengurusi :
· Klinder (anak)
· Kleider (pakaian)
· Kuche (dapur)
· Kuchen (roti, makanan)
Ibu mempunyai peranan penting dan bermacam-macam seperti : dokter, perawat, manajer, pekerja pabrik, arsitek, tentara, guru, tokoh-tokoh pemerintahan, dan lain-lain.
Ibu di abad modern ini perananya tidak hanya di bidang pembangunan mental spiritual keluarga saja, tetapi sudah meliputi berbagai bidang-bidang pembangunan. Hal ini dapat dimengerti meningat besarnya jumlah tenaga kerja ibu yang sedang bekerja atau mencari kerja.
Menurut todaro (1983 : 34) rumah tangga yang berpendapatan rendah (poor family) di negara berkembang mempunyai suatu target level dari income sejalan dengan tingkat subsistensi. Pentingya peranan ibu dalam pembangunan keluarga maupun pembangunan bangsa di satu pihak dan banyaknya kendala yang dihadapi ibu rumah tangga, maka sejak tahun 1978 telah dicanangkan suatu strategi pembangunan nasional yang mengharuskan adanya upaya peningkatan peranan ibu.
Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi pembagian tugas menurut jenis kelamin nampaknya sudah mulai kabur. Tugas-tugas ibu tidak lagi terbatas sesuai dengan sifat keibuannya, tetapi diberbagai lapangan kerja telah banyak ibu yang mengerjakan tugas-tugas suami. Banyak ibu dewasa ini tidak puas hanya berpangku tangan tinggal di rumah tetapi ingin dapat mengembangkan dirinya sekaligus menyumbangkan kepandaian dan keahliannya bagi masyarakat (Hila, 2001, 12-13).
Menurut munandar (1983 : 47) ibu (yang telah menikah) mempunyai peran ganda dalam keluarga sebagai istri, ibu, pengurus rumah tangga, semua dirasakan sebagai tugas utama seorang wanita yang sudah menikah. Kehidupan modern pembangunan saat ini ibu di tuntut dan sering bermotivasi untuk memberikan sumbangan lebih, tidak hanya terlepas dari pelayanan terhadap suami, perawatan anak dan rumah tangga. Lebi lanjut dikatakan sesungguhnya peran ganda ibu (wanita) terutama bagi yang telah menikah lebih ditentukan oleh faktor keinginan sendiri untuk bekerja di luar rumah demi mengatasi keadaan ekonomi rumah tangga sering kurang menggembirakan sehingga mendorong mereka untuk melakukan kegiatan yang dapat menambah penghasilan kerja.
Ibu berusaha memperoleh penghasilan (bekerja) disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adanya kemauan untuk mapan dalam bidang ekonomi, yaitu berusaha membiayai hidup dengan penghasilan sendiri.
b. Pengertian Pedagang
Menurut surat keputusan mentri perindustrian dan perdagangan nomor 23/MPP?Kep/1998 Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaan atau perdagangan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh laba.
Menurut Gillarso (1991 : 170) pedagan di bedakan dalam dua golongan yaitu pedagan besar dan pedagang kecil (enceran). Pedagang besar membeli secara grosir atau besar-besaran dari produksi pabrik dan menjual kepada penjual kecil (tengkulak), dan menjual dalam partai besar kepada pabrik atau perusahaan, sedangkan pedangan eceran (toko, kios, di pasar, warung tengkulak, pedagang keliling dan sebagainya) membeli kepada prdagan besar dan menjual kepada konsumen atau membeli hasil-hasil bumi dan kerajinan rakyat dari produsen kecil di jual kepedagang besar.
Surat keputusan mentri perindustrian dan perdagangan RI nomor 23/MPP/1998 menjelaskan pedagang besar (Whole saler) adalah perorangan atau badan usaha yang bertindak atas namanya sendiri dan atas nama pihak lain yang menunjukkan untuk menjalankan kegiatan dengan cara tidak langsung kepada konsumen akhir, sedangkan pedagang pengecer (retailer) adalah seorang atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen akhir dalam partai yang kecil.
c. Peran Ibu dalam Bidang Ekonomi
Peranan dan pemberdayaan perempuan perlu ditingkatkan terutama menangani masalah sosial dan ekonomi. Perhatian khusus perlu diberikan kepada peningkatan kualitas keterampilan, produktivitas, kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja perempuan dan keluarganya dengan memperhatikan kodrat, harkat dan martabat sebagai perempuan.
Menurut Notoputro (1984 : 44) pembangunan yang menyeluruh adalah mensyaratkan perempuan untuk serta secara maksimal disegala bidang. Tenaga kerja perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan pria untuk ikut serta dalam kegiatan ekonomi.
Ibu partener suami salah satu komponen masyarakat khususnya dalam keluarga bukanlah aspek tanpa arti tatapi justru mempunyai aspek penting dalam eksistensi masyarakat dalam keluarga, ini diakui seorang pakar perempuan Suwondo (1981 : 242), dengan pendapatnya. Zaman dulu sampai sekarang perempuan memegang peranan yang penting sekali sebagai ibu rumah tangga yang meliputi segala macam pekerjaan berat seperti mengatur rumah tangga, memasak, mencuci, mengasuh, mendidik anak dan lain sebagainya. Pendapat seorang pakar perempuan menurut Semiawan ( 1986 : 12), upaya untuk meningkatkan keterampilan dan pendidikan perempuan sebenarnya tidak lepas dari upaya peningkatan secara keeluruhan, terutama pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
d. Peran Ibu dalam Pembangunan
“Peran” diambil dari istilah teater dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelompok-kelompok masyarakat, berarti peran adalah bagian yang kita mainkan pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan.
Ibu memiliki peran yang dibawah sejak lahir, sehingga peran tersebut merupakan suatu peran dari hidup mereka. Keterlibatan mereka sebagai anak perempuan, saudara perempuan, kemenakan, istri, ibu dan sebagainya tetapi mereka jarang memikirkan bagaimana melakukan peran tersebut, sebab sudah ada pola-pola tingkah laku dan harapan-harapan yang sederhana dan menentukan tindakan serta tanggapan apabila memegang peran-peran tersebut.
Menurut Notoputro (1984 : 17) melalui peran serta wanita yang ditunjukkan oleh Kartini maka sejak zaman itu kaum wanita Indonesia tidak kalah pentingnya dengan kaum pria dalam ikut membangun kesejahteraan bangsa dan negara.
Indonesia mengakui sepenuhnya pentingnya peranan ibu sebagai mitra sejajar dengan suami dalam pembangunan. Dijelaskan dalam 7 esensi yaitu:
1. Wanita mempunyai hak dan kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam pembangunan nasional
2. Meningkatkan kedudukan wanita dalam bermasyarakat mulai dari lingkungan keluarga dan penannya dalam pembangunan
3. Peran ganda wanita dalam keluarga dan masyarakat secara selaras dan serasi
4. Pengakuan terhadap kodrat wanita yang harus melindungi harkat dan martabat wanita yang perlu dijunjung tinggi.
5. Perlu peningkatan pendidikan dan keterampilan wanita untuk mampu memanfaatkan kesempatan kerja.
6. Perlu mengembangka iklim sosial budaya yang lebih mendorong kemajuan wanita.
7. Dalam rangka meningkatkan partisipasi wanita dalam pembangunan, kesejahteraan keluarga antara lain melalui gerakan PKK perlu ditingkatkan .
Indonesia diarahkan pada 2 sektor pembangunan, di dalam dan di luar rumah tangga. Keterlibatan waita di dunia dikenal dengan sebutan peran ganda wanita (dual role of women).
Perkembangan usaha-usaha dari ibu-ibu pengusaha dari usaha yang berbentuk kecil-kecil dan belum berbadan hukum/tempat kedudukan yang pasti, sekarang kita menemui pengusaha-pengusaha wanita di berbagai bidang usaha yang semula hanya dilakukan oleh kaum pria saja.
e. Motif yang Mendorong Ibu Rumah Tangga untuk Bekerja
Kehidupan sehari-hari kita sering mengistilahkan pendorong sebagai faktor yang memotivasi atau motif. Motif yang dimaksud adalah motif ekonomi, kesenangan dan lingkungan masyarakat.
Menurut Sajogyo (1985 : 33) ibu berusaha memperoleh (bekerja) disebabkan adanya kemauan ibu untuk mandiri dalam bidang ekonomi yaitu berusaha membiayai kebutuhan hidupnya dan bagi kebutuhan orang lain yang menjadi tanggungannya dengan penghasilan sendiri. Adanya kebutuhan untuk menambah penghasilan keluarga, dikarenakan pendapatan suami yang rendah dan tuntutan kebutuhan yang tinggi, kemngkinan lain makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap tenaga kerja wanita antara lain tumbuhnya kerajinan tangan dan industri lainya yang dilakukan oleh kaum wanita.
Menurut Sukardi (1989 : 251) perasaan senang adalah suatu unsur kepribadian yang memegang peranan penting dalam pembuatan keputusan kelanjutan kegiatan dimasa datang yang akan mengarahkan individu terhadap suatu obyek.
Menurut Burton (1992:53) perasaan senang adalah suatu sikap subyek terhadap obyek dengan dasar adanya kebutuhan yang menyebabkan subyek untuk berhubungan secara aktif dengan kebutuhan yang menariknya.
Berdasarkan pendapat di atas secara umum dapat dikatakan perasaan senang dapat mempengaruhi kegiatan-kegiatan terhadap obyek, mengarahkan suksenya kegiatan terhadap obyek dengan keterkaitan-keterkaitan subyek terhadap obyek.
Menurut Koentjaraningrat ( 1982 : 321) lingkungan masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang terikat oleh suatu sistem. Menurut Linton dan Hartono ( 1990 : 89) suatu kelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mengorganisasi dirinya dan berpikir sebagai suatu kesatuan dengan batasan-batasan tertentu.
Faktor yang mendorong ibu rumah bekerja adalah keinginan untuk hidup mandiri, tanggungan keluarga dan keinginan untuk memperbesar pengahasilan keluarga di samping penghasilan suami. Peranan wanita dalam setiap aspek tidak dapat diabaikan.
f. Sikap Wiraswasta
Menurut Soemanto (1993 : 48) secara etimologi wiraswasta merupakan istilah yang berasal dari kata wira dan swasta, wira berarti berani, utama dan prakarsa. Swasta paduan dari dua kata swa dan sta. Swa = sendiri dan sta = berdiri. Wiraswasta adalah keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan dengan kekuatan yang ada pada diri kita, sesorang wiraswasta mesti selalu berkarya sendiri. Manusia yang bermental wiraswasta mempunyai kemampuan yang keras untuk mencapai kemampuan dan tujuan hidupnya, sayang tidak setiap orang memiliki tujuan yang jelas dan operasioanal sehingga terbayang jelas jalan yang harus ditempuh untuk mencapainya. Kekuatan mencapai tujuan adalah kemauan.
Menurut Sigit dan Sumanto ( 1993 : 48) seseorang wiraswasta adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum tahu barapa harga barang itu akan dijual kemudian.
Sumahamijaya dalam alma (1999 : 36) mengungkapkan sesungguhnya Ibu Kartini telah merintis mandiri bagi ibu (wanita) dapat dibuktikan dalam kumpulan tulisan-tulisanya yang termuat dalam buku Door Duistermis For Licht, bahwa kebebasan wanita hanya didorong dari kebebasan ekonomi.
C. Penutup
a. Kesimpulan
Ibu mempunyai peranan penting dan bermacam-macam seperti : dokter, perawat, manajer, pekerja pabrik, arsitek, tentara, guru, tokoh-tokoh pemerintahan, dan lain-lain. Ibu berusaha memperoleh penghasilan (bekerja) disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adanya kemauan untuk mapan dalam bidang ekonomi, yaitu berusaha membiayai hidup dengan penghasilan sendiri.
Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan perniagaan atau perdagangan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh laba. Peranan dan pemberdayaan perempuan perlu ditingkatkan terutama menangani masalah sosial dan ekonomi. Perhatian khusus perlu diberikan kepada peningkatan kualitas keterampilan, produktivitas, kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja perempuan dan keluarganya dengan memperhatikan kodrat, harkat dan martabat sebagai perempuan.
Perkembangan usaha-usaha dari ibu-ibu pengusaha dari usaha yang berbentuk kecil-kecil dan belum berbadan hukum/tempat kedudukan yang pasti, sekarang kita menemui pengusaha-pengusaha wanita di berbagai bidang usaha yang semula hanya dilakukan oleh kaum pria saja. Kehidupan sehari-hari kita sering mengistilahkan pendorong sebagai faktor yang memotivasi atau motif. Motif yang dimaksud adalah motif ekonomi, kesenangan dan lingkungan masyarakat.
Faktor yang mendorong ibu rumah bekerja adalah keinginan untuk hidup mandiri, tanggungan keluarga dan keinginan untuk memperbesar pengahasilan keluarga di samping penghasilan suami. Peranan wanita dalam setiap aspek tidak dapat diabaikan. wiraswasta adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum tahu barapa harga barang itu akan dijual kemudian. wiraswasta adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum tahu barapa harga barang itu akan dijual kemudian.
b. Saran
Di sini penulis harapkan kritik dan saran yang dapat membangun. Penelitian ini begitu banyak kekurangan-kekurangannya, bagi pembaca di harapkan partisipasinya untuk membantu agar menjadi jauh lebih baik dan memberikan manfaat untuk banyak orang karena tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan penelitian yang penulis buat. Atas partisipasinya kami ucapkan terima kasih.
Daftar Pustaka
Alma, B.,1999. Kewirausahaa. Alfa Beta Bandung.
Anonim, 1998. SK Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 23/MPP/1998. Jakarta.
Sukardi, Dewa K.,1998. Bimbingan Karir. Ghali Indonesia. Jakarta.
Gilarso, 1991. Pengantar Ilmu Ekonomi. Kanisius. Yogyakarta.
Hartono, 1990. Ilmu Sosial Dasar. Bumi Aksara. Jakarta.
Koentjaraningrat, 1982. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta.
La Hila, 2001. Status Peran Wanita dalam Sejarah Kesultanan Buton (1540-1945). Skripsi. FKIP Unhalu. Kendari.
Muchtar, 1980. Fungsi Wanita dalam Pembinaan Generasi Muda. LPKK Pusat. Jakarta.
Munandar, S.C.U., 1983. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Ngadiono, 1984. Kelembagaan dan Masyarakat. Bina Aksara. Jakarta.
Notoputro, H., 1984. Peranan Wanita dalam Masa Pembangunan di Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sajogyo, P., 1985. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Rajawali. Jakarta.
Semiawan, C., 1986. Kondisi Sosial Kultural Usaha Tani, Penyebab Rendahnya Pendidikan. Majalah Astek.
Soemanto, W., 1993. Pendidikan Wiraswasta. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Suwondo, N., 1981. Kedudukan Wanita Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Todaro, Michael P., 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Jilid I dan II. Ghalia Indonesia. Jakarta.